MAKALAH TENTANG
ORGANISASI
PERHIMPUNAN PEMUDA INDONESIA
DAN
SAREKAT ISLAM
Disusun Oleh
KELOMPOK II
1. MARIAM KAFOLATA
2. MARIAM KARMAKANI
3. MARTA MANIMALAY
4. MARTA KOLIMO
5. MARTINUS BRIKMAR
6. MEGI ATAKARI
SMA NEGERI 01 ABAD
2014
KATA PENGANTAR
Puji
Tuhan yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayahNya kepada kita semua
sehingga akhirnya tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
Tugas
makalah yang diberi judul SEJARAH BERDIRINYA PERHIMPUNAN INDONESIA DAN SAREKAT ISLAM
ini ialah suatu makalah yang disusun sebagai syarat untu mengikuti ujian Mata
Pelajaran Sejarah.
Penyusun
makalah ini tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh
karena itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu
persatu yang telah banyak membantu,baik selama penyusunan tugas ini maupun di
luar itu.
Semoga
Tuhan selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya kepada kita
semua , amin.
Penyusun menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak memiliki
kekurangan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun , penyusun
harapkan untuk kemajuan masa-masa mendatang.
Harapan
penulis semoga penyusun makalah ini dapat diambil manfaatnya oleh pembaca.
Alor, MEI 2014
Penyusun
Daftar Isi
Halaman Judul...........................................................................i
Kata Pengantar ..............................................................................ii
1. Daftar Isi .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3
2.1 Pembentukan Organisasi Perhimpunan Indonesia............................ 3
2.2 Pelopor Pergerakan ........................................................4
BAB III PENUTUP ............................................................................ 8
3.1. Kesimpulan
............................................................................. 8
3.2 Saran .................................................................................. 8
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Latar
Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional Indonesia Lahirnya pegerakan pasional Indonesia tidak terlepas
dari peristiwa-peristiwa di Benua Asia saat itu.
a. Faktor Intern
1.
Adanya penjajahan yang mengakibatkan
penderitaan dan kesengsaraan sehingga menimbulkan tekad untuk menentangnya.
2.
Adanya kenangan akan kejayaan masa
lampau, seperti zaman Sriwijaya dan Majapahit.
3.
Munculnya kaum intelektual yang
kemudian menjadi pemimpin pergerakan nasional.
b. Faktor Ekstern
4.
Adanya All Indian National Congress
1885 dan Gandhiisme di India.
5.
Adanya Gerakan Turki Muda 1908 di
Turki.
6.
Adanya kemenangan Jepang atas Rusia
(1905) menyadarkan dan membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk melawan
bangsa-bangsa Barat.
7.
Munculnya paham-paham baru di Eropa
dan Amerika yang masuk ke Indonesia, seperti liberalisme, demokrasi, dan
nasionalisme mempercepat timbulnya nasionalisme Indonesia.
Rasa jenuh akan penjajahan yang tidak kunjung selesai mengakibatkan muncul
berbagai organisasi yang timbul karena adanya keinginan serta semangat yang
tumbuh dengan seiring berjalannya waktu dari para terpelajar, dan rakyat biasa
pun juga ikut mengambil andil di dalamnya. Organisasi-organisasi ini bergerak
dibidang sosial, politik, pendidikan dan lai-lain. Sarekat Dagang Islam (SDI)
termasuk diantara organisasi yang muncul dan tumbuh berkat tangan para
terpelajar yang di dalamnya. Tak berapa lama SDI bertransformasi atau
berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) dan menghilangkan dagang karena
organisasi ini ingin memahamkan umat Islam Indonesia dalam segala bidang bukan
saja dalam bidang ekonomi saja.
Sarekat Islam merupakan gerakan pembaharuan Islam, serta mengharapkan akan
dapat memecahkan segala problema yang dihadapi umat Islam Indonesia. Dalam
makalah ini akan membahas sedikit tentang SI, organisasi yang pertama berdiri
hanya bergerak di bidang ekonomi dan seiring berjalannya waktu menambah
pergerakannya menjadi di berbagai bidang.
B. RUMUSAN MASALAH
I.
Bagaimana sejarah terbentuknya
Perhimpunan Indonesia?
Perhimpunan Indonesia didirikan tahun 1908 oleh
mahasiswamahasiswa Indonesia yang belajar di negeri Belanda. Mereka antara
lain: R.P Sosrokartono, R. Hoesein Djajadiningrat, R.N Notosuroto,
Notodiningrat, Sutan Kasyayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley.
Pada mulanya Perhimpunan Indonesia bernama Indische Vereeniging.
Kegiatannya pada mulanya hanya terbatas pada
penyelenggaraan pertemuan sosial dan para anggota ditambah dengan sekali-sekali
mengadakan pertemuan dengan orang-orang Belanda yang banyak memperhatikan
masalah Indonesia, antara lain: Mr. Abenendanon, Mr. van Deventer, dan Dr.
Snouck Hurgronye.
Kedatangan 3 tokoh Indische Partiij ke negeri Belanda yang dibuang oleh pemerintah
kolonial (Cipto Mangunkusumo, R. M Suwardi Suryaningrat, E.F.E. Douwes Dekker)
segera mengubah suasana dan semangat Indische
Vereeniging. Tokoh IP tersebut membawa suasana politik ke dalam pikiran
tokoh-tokoh Indische Vereeniging.
Udara politik itu lebih segar lagi setelah datangnya Comite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan
Hindia Belanda) yang dibentuk oleh pemerintah kolonial, sebagai usaha untuk
mempertahankan Indonesia dari ancaman Perang Dunia I. Panitia ini terdiri atas R.Ng.
Dwijosewojo (BU), Abdul Muis (SI), dan Kolonel RheMrev,
seorang Indo-Belanda. Kedatangan tokoh-tokoh IP dan Comite Indie Weerbaar tersebut, memberikan dimensi pikiran baru
bagi para mahasiswa Indonesia di negeri Belanda.
Mereka bukan hanya dapat menuntut ilmu, tetapi juga
harus memikirkan bagaimana dapat memperbaiki nasib bangsanya sendiri. Pada
tahun 1912 Indische Vereeniging berganti
nama menjadi Indonesische Vereeniging dan
akhirnya diubah lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (1924). Dengan perubahan
itu, terjadi pula perubahan dasar pikiran dan orientasi dalam pergerakan
mereka. Majalah mereka berganti nama menjadi Indonesia Merdeka (1924). Terjadilah pergeseran cara berpikir
dan gerakan yang radikal, dengan tegas mereka menginginkan Indonesia merdeka.
Perhimpunan Indonesia semakin tegas bergerak memasuki
bidang politik, terlihat dari asasnya yang dimuat dalam majalah Hindia Poetra, Maret 1923, yaitu
“Mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia yang bertanggungjawab hanya
kepada rakyat Indonesia semata-mata”. Hal yang demikian itu hanya dapat dicapai
oleh orang Indonesia sendiri, bukan dengan pertolongan siapapun juga. Oleh
karena itu, segala jenis perpecahan harus dihindarkan, supaya tujuan lekas
tercapai.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pembentukan Organisasi Pergerakan Nasional
Sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa
ke wilayah Nusantara pada abad ke-16, bangsa Indonesia telah mengadakan
perlawanan. Namun segala bentuk perlawanan yang dilakukan tersebut selalu
mengalami kegagalan. Adapun faktor penyebab gagalnya perjuangan bangsa
Indonesia dalam mengusir penjajah adalah:
a.
Perjuangan bersifat kedaerahan.
b. Perlawanan tidak dilakukan secara serentak.
c.
Masih tergantung pimpinan (jika pemimpin tertangkap, perlawanan
terhenti).
d. Kalah dalam persenjataan.
e.
Belanda menerapkan politik adu domba (devide et
impera).
Berdasarkan pengalaman tersebut,
kaum terpelajar ingin berjuang dengan cara yang lebih modern yaitu menggunakan
kekuatan organisasi. Pada tanggal 20 Mei 1908 kaum terpelajar mendirikan wadah
perjuangan yang dikenal dengan Budi Utomo. Lahirnya Budi Utomo ini kemudian
diikuti oleh lahirnya organisasi-organisasi sosial, ekonomi, dan politik yang
lain. Lahirnya organisasi-organisasi tersebut menandai lahirnya masa pergerakan
nasional. Pergerakan nasional ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan
pergerakan bangsa Indonesia sebelumnya. Pergerakan nasional setelah tahun 1908
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a.
Pergerakan bersifat kebangsaan (nasional).
b. Pergerakan menggunakan sistem organisasi yang modern dan demokratis, serta
tidak terpusat pada pimpinan.
c.
Pergerakan didirikan oleh kaum terpelajar yang
memiliki pandangan luas dan jauh ke depan.
d. Bentuk perjuangan tidak bersifat fisik, melainkan gerak sosial,ekonomi, dan
pendidikan.
Adapun laju pergerakan nasional
Indonesia disebabkan oleh faktor dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
1.
Faktor
dari dalam negeri
Faktor-faktor yang mendorong
pergerakan nasional yang muncul dari bangsa sendiri di antaranya adalah:
a.
penderitaan yang berkepanjangan,
b. lahirnya golongan cendikiawan, dan
c.
kenangan kejayaan masa lampau yang pernah dialami
bangsa Indonesia pada zaman Sriwijaya dan Majapahit.
2.
Faktor
dari luar negeri
Faktor yang berpengaruh terhadap
munculnya pergerakan nasional Indonesia yang berasal dari luar negeri adalah:
a.
kemenangan Jepang atas Rusia 1905,
b. kebangkitan nasional negara-negara tetangga seperti India dan Filipina,
c.
pengaruh masuknya paham-paham baru seperti
nasionalisme dan demokrasi.
2.2. Pelopor Pergerakan
2.2.1. Sarekat Islam
Pergerakan ini pada mulanya bernama
Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi di
Surakarta pada tahun 1911. Tujuannya adalah memperkuat persatuan
pedagang pribumi agar mampu bersaing dengan pedagang asing terutama pedagang
Cina. Namun pada tanggal 10 September 1912 SDI diubah menjadi Sarekat
Islam (SI). Tujuan pergantian nama ini didasarkan atas pertimbanganpertimbangan
sebagai berikut:
a.
Ruang gerak pergerakan ini lebih luas, tidak terbatas
dalam masalah perdagangan melainkan juga bidang pendidikan dan politik.
b. Anggota pergerakan ini tidak hanya terbatas dari kaum pedagang, tetapi kaum
Islam pada umumnya.
Sarekat Islam
adalah organisasi yang bercorak sosial, ekonomi, pendidikan, dan keagamaan,
namun dalam perkembangannya Sarekat Islam juga bergerak di bidang politik.
Sarekat Islam tumbuh sebagai organisasi massa terbesar pertama kali di
Indonesia. Pada tanggal 20 Januari 1913 Sarekat Islam mengadakan kongres yang
pertama di Surabaya. Dalam kongres ini diambil keputusan bahwa:
a.
Sarekat Islam bukan partai politik dan tidak akan
melawan pemerintah Hindia Belanda.
b. Surabaya ditetapkan sebagai pusat SI.
c.
HOS Tjokroaminoto dipilih sebagai ketua.
d. Kongres pertama ini dilanjutkan kongres yang kedua di Surakarta yang
menegaskan bahwa SI hanya terbuka bagi rakyat biasa. Para pegawai pemerintah
tidak boleh menjadi anggota SI karena dipandang tidak dapat menyalurkan
aspirasi rakyat.
Pada tanggal
17-24 Juni 1916 diadakan kongres Sarekat Islam yang ketiga di Bandung. Dalam
kongres ini Sarekat Islam sudah mulai melontarkan pernyataan politiknya.
Sarekat Islam bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia sebagai suatu
bangsa yang berdaulat (merdeka). Tahun 1917 SI mengadakan kongres yang keempat
di Jakarta.
Dalam kongres
ini Sarekat Islam menegaskan ingin memperoleh pemerintahan sendiri
(kemerdekaan). Dalam kongres ini Sarekat Islam mendesak pemerintah agar
membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). SI mencalonkan H.O.S.
Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakilnya di Volksraad. Antara tahun
1917–1920 perkembangan Sarekat Islam sangat terasa pengaruhnya dalam dunia politik
di Indonesia. Corak demokratis dan kesiapan untuk berjuang yang dikedepankan
Sarekat Islam, ternyata dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh sosialis untuk
mengembangkan ajaran Marxis. Bahkan beberapa pimpinan Sarekat Islam menjadi
pelopor ajaran Marxis (sosialis) di Indonesia dan berhasil menghasut sebagian
anggota Sarekat Islam. Pemimpin-pemimpin Sarekat Islam yang merupakan pelopor
ajaran Marxis (sosialis) di antaranya Semaun dan Darsono. Sebagai akibat
masuknya paham sosialis ke tubuh Sarekat Islam yang dibawa Sneevliet melalui
Semaun CS, pada tahun 1921 SI pecah menjadi dua:
1. SI sayap kanan atau SI Sayap putih
SI ini tetap
berlandaskan nasionalisme dan keislaman. Tokohnya HOS Cokroaminoto dan H. Agus
Salim serta Surya Pranoto. Pusatnya di Jogjakarta.
2. SI sayap kiri atau SI sayap merah
Sarekat Islam
ini berhalauan sosialis kiri (komunis) yang nantinya menjadi PKI. Tokohnya
Semaun. Adapun pusatnya di Semarang.
Pada Kongres
nasional SI ketujuh di Madiun tahun 1923 SI diganti menjadi PSI atau Partai
Sarekat Islam. Tujuannya untuk menghapus kesan SI dari pengaruh sosialisme
kiri. Tahun 1927 merupakan than terakhir dari masa transisi PSI untuk
menciftakan struktur partai yang kuat. Pada tahun 1928 dan 1929
pemimpin-pemimpin PSI merasa khawatir atas dominasi Partai Nasional Indonesia
(PNI) dalam gelanggang politik.
PSI yang
merupakan badan Federasi PPPKI, lambat laun merasa tidak senang terhadap
Federasi tersebut. Dalam kongres PPPKI di Solo pada akhir bulan Desember 1929
Muhammad Husni Thamrin menyatakan sangat keberatan atas sikap PSI cabang
Batavia yang menolak ikut serta dalam rapat-rapat protes PPPKI terhada poenale
sanctie yang dilaksanakan pada bulan Desember 1929. Menanggapi kritik itu
PSI mengancam keluar dari PPPKI. Kemudian, salah satu keputusan hasil kongres
PSI tahun 1930 adalah mengubah nama partai menjadi Partai Serikat Islam
Indonesia (PSII). Perubahan itu dilakukan untuk menunjukkan, seperti juga
partai-partai lainya, sama berbaktinya terhadap pembentukan negara kesatuan
Indonesia.
Karena
semakinkurangnya pengaruh PSI diakibatkan adanya persaingan politik dari pihak
lain, sehingga pada tanggal 24-27 Januari 1930, pada kongres PSI ke-17
memutuskan pembaruan organisasi. Pada tingkat pusat partai dipimin oleh dua
badan pengurus yaitu, Dewan Partai dan Majelis Tahkim PSII yang dibentuk oleh
kongres dan satu badan eksekutif Lajnah Tanfidziyah PSII yang bertanggung jawab
kepada Dewan Partai yng bertanggung jawab dalam masa antara dua
kongres.pembagian itu dilakukan karena berkurangnya kesehatan kedua pemimpin
Cokroaminoto dan Agus Salim yang waktu itu dianggap tidak dapat digantikan
siapapun juga dalam partai. Badan Eksekutif itu sebagai pengurus harian terdiri
dari pemimpin-pemimpin departeme-departemen yang juga duduk di Badan Legislatif
bersama utusan dari cabang-cabang. Dewan Partai tugasnya mengawasi jalannya
azas partai secara tepat dan menyelesaikan semua perselisihan.
Pada akhir
tahun 1930 PSII keluar dari PPPKI karena kelompok studi umum di Surabaya kurang
menghormati agama Islam; perkumpulan-perkumpulan lain anggota PPPKI selalu
bertengkar karena perkumpulan-perkumpulan itu menetang poligami (J.M. Pluvier,op.cit.,hlm.71).
pada saat tersebut PSII pecah menjadi beberapa partai kecil.
2.2.2. Indische Partij
Indische Partij
berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. Pendiri Indische Partij
terkenal dengan sebutan tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker (ketua), dr. Cipto
Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (wakil ketua). Indische Partij adalah
organisasi pergerakan nasional Indonesia pertama kali yang terang-terangan
bergerak di bidang politik. Tujuan Indische Partij, yaitu menumbuhkan dan
meningkatkan nasionalisme untuk memajukan tanah air yang dilandasi jiwa
nasional serta mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Dalam program
kerjanya ditetapkan langkah-langkah untuk menyukseskan Indische Partij yaitu:
a.
Meresapkan cita-cita kesatuan nasional Indonesia.
b. Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik dibidang pemerintahan
maupun kemasyarakatan.
c.
Memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian
antara agama yang satu dengan agama yang lain.
d. Memperbesar pengaruh pro Hindia (Indonesia) di dalam pemerintahan.
e.
Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Indonesia, terutama
memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
Indische
Partij terdiri diatas dasar nasionalisme yang luas menuju kemerdekaan
Indonesia. Indonesia sebagai “National Home” semua orang keturuna
Bumiputera, Belanda, Cina, Arab dan sebagainya yang mengakui Indonesia sebagai
tanah air dan kebangsaannya. Paham ini pada waktu dahulu dikenal sebagai Indisch
nationalisme. Yang kemudian hari melalui perhimpunan Indonesia dan PNI
menjadi Indonesich Nationalisme atau Nasionalisme Indonesia. Pasal-pasal
ini pulala yang menyatakan Indische Partij sebagai partai politik yang pertama
di Indonesia. Bahwa Indische Partij adalah suatu partai yang radikal juga,
dinyatakan Douwes Dekker, didirikan partai ini merupakan “penantangan perang
dari pihak buadak koloni yang membayar lasting kepada kerajaan penjajah,
pemungut pajak.”
Berbeda dengan
sikat hati-hati terhadap Budi Utomo dan Serikat Islam pemerintah Hindia Belanda
bersikap tegas terhadap Indische Partij. Permohonan yang diajukan kepada
Gubernur Jendral untuk mendapat pengakuan sebagai badan hukum pada 4 Mare 1913.
Ditolak dengan alasan organisasi ini berdasarkan politik dan mengancam hendak
merusak keamanan umum. Juga setelah pihak Indische Partij mengadakan audiensi
kepada Gubernur Jenderal dan diubanya pasal kedua dari anggaran dasar, Indische
Partij tetap merupakan partai terarang. Ini terjadi pada 11 Maret 1913.
Kejadian ini merupakan peringatan keras bagi Indische Partij dan juga
partai-partai lain, bahwa kemerdekaan itu tidak dapat diterima sebagai hadiah
dari pemerintahan kolonial. Kemerdekaan itu haruslah direbut, ehingga makin
jelas perkataan Douwes Dekker setahun sebelumya, bahwa ”pngertian Hindia
haruslah dipandang sebagai salah satu dari partai yang bertentangan dengan
cita-cita kemerdekaan. Pemerintah yang berkuasa disuatu tanah jajahan, bukanlah
pemimpin namanya melainkan penindasan dan penindasan itu adalah musuh yang
sebesar-besarnya bagi ksesejahteraan rakyat, lebih berbahaya dari pemberontakan
atau gerakan yang meminta perubahan pemerintahan (revolusi).
Karena
penulisan sebuah risalah yang berjudul“Als ik een Nederlander was” oleh Suwardi
Suryaninggrat pada sehubungan maksud Belanda mengadakan ulang tahun ke-100
kemerdekaan negeri Belanda terhadap Perancis. Pada bulan Agustus 1912, Douwes
Dekker, dr. Tjipto Mangunkusumo dan suwardi Suryaninggrat dijatuhi hukuman
pembuangan, dan mereka memilih Belanda. Setelah kepergian tiga serangkai
membawa pengaruh terhadap Indische Partij yang semakin lama semakin menurun.
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Adanya penjajahan di negeri Indonesia membuat dan
memberikan perhatian bagi pahlawan bangsa ini untuk bisa membebaskan bangsa ini
dari penjajahan. Salah satu jalan yang ditempuh dalam penggerak kemerdekaan ini
adalah melalui organisasi. Organisasi ini antara lain Budi Utom, Serikat Islam,
Indische Partij dan lainnya.
Pergerakan nasional di Indonesia dapat digolongkan ke dalam empat kategori
yaitu, pertama, pelopor pergerakan yang antara lain adalah budi utomo, serekat
islam dan indische partij. Kedua, Masa Radikal yang antara lain, Perhimpunan
Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan Partindo,
PNI-Baru, Gerindo. Ketiga, Gerakan Akhir Masa Hindia Belanda yang terdiri dari
Fraksi Nasional, Petisi Sutardjo dan Gabungan Politik Indonesia. Keempat, Gerakan
Perempuan dan Pemuda yang terdiri dari gerakan perempuan dan gerakan pemuda.
3.2. saran
Kemerdekaan ini tidaklah didapat dengan mudah,
tidaklah didapat dengan sendir melainkan karena kesatuan rasa bersatu yang
terhimpun dalam organisai yang menggerakkan tujuan iti semakin dekat untuk
dicapai. Dan bukanlah perihal yang mudah berjuang dalam organisasi yang
ikhwalnya pada masa oraganisasi kita berdiri tersebut mendapat pertentengan
dari pemerintah kita. Tetapi tidak ada yang tidak mungkin selagi kita bersama,
berusaha dan berjuang untuk tujuan mulia, hingga apapun usaha kita tetap akan
berbuah, jika tidak dipetik dimasa kita mungkin dimasa setelah kita.
DAFTAR PUSTAKA
Marwati Djoned
Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto (2008). Sejarah Nasional
Indonesia V. Jakarta : Balai Pustaka
Sudiyo (2004). Perhimpunan
Indonesia. Jakarta : kerjasama PT. Bina Adiaksara dengan PT. Rineka Cipta
Sudiyo (2002). Pergerakan
nasional. Jakarta : PT. Rineka Cifta
Direktur urusan
kepahlawanan (2003). Album pahlawan bangsa. Jakarta : PT. Mutiara Sumber
Widya