UPAYA MENINGKATKAN PEMEHAMAN SISWA TENTANG
PECAHAN SEDERHANA MELALUI LIPATAN KERTAS BEKAS
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DIKELAS III SD NEGERI BAUMI
Oleh: APOLINARIS LASIMAI
821950616
apo.lasimai@gmail.com
081344427686
PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH
Kami yang bertanda tangan dibawah ini, Jermias Bang, S.Pd SD selaku pembimbing karya ilmiah dari mahasiswa :
Nama : Apolinaris Lasimai
NIM : 821950614
Program Studi : S1 PGSD
UPBJJ : 79/ Kupang
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah dari mahasiswa tersebut diatas dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PECAHAN SEDERHANA MELALUI LIPATAN KERTAS BEKAS PADA MATA PELAJARAN METMATIKA DI KELAS III SD NEGERI BAUMI” layak untuk diunggah ke Aplikasi Ilmiah Universitas Terbuka dengan telah memperhatikan ketentuan penulisan Karya Ilmiah sesuai panduan yang telah ditetapkan dan ketentuan anti plagiasi.
Demikian persetujuan ini kami berikan.
Pembimbing
JERMIAS BANG, S.Pd SD
ABSTRAK
Perubahan pembelajaran dalam dunia pendidikan yang terus berkembang dan keabstrakan matematika dengan bahasa simbolnya yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya yang deduktif dapat mempengaruhi pemahaman siswa. Pembelajaran matematika tentang pecahan sederhana dikelas, mengalami kendala yang berdampak pada ketidak tercapaian KKM 65, disebabkan minat belajar siswa dan penggunaan strategi pembelajaran matematika yang belum tepat sesuai kriteria PAIKEM. Alternatif yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yaitu, melalui media kertas bekas. Dengan tujuan, untuk mengetahui implementasi pengenalan pecahan sederhana; mengetahui respon siswa dalam pembelajaran; meningkatkan prestasi belajar siswa. Pengenalan pecahan sederhana melalui kertas bekas ini berlangsung di kelas III SD Negeri Baumi, jumlah peserta didik 10 orang terdiri dari laki- laki 6 orang dan perempuan 4 orang dengan tahapan waktu pra siklus hari rabu 30 Januari 2014 pukul 07.30 – 08.05; siklus I hari rabu 21 Mei 2014 pukul 07.30 – 08.05; dan siklus II hari jumat 30 Mei 2014 pukul 09.45 – 10.25. Hasil yang diperoleh dalam tahapan perbaikan pembelajaran meningkat dengan perolehan nilai rata- rata kelas 53,3 berubah ke 63,3 dan berubah lagi menjadi 74, 8, dengan selisih peningkatan 11%. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa dengan penggunaan media lipatan kertas bekas dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Kata kunci : Media, Pembelajaran, Matematika.
PECAHAN SEDERHANA MELALUI LIPATAN KERTAS BEKAS
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DIKELAS III SD NEGERI BAUMI
Oleh: APOLINARIS LASIMAI
821950616
apo.lasimai@gmail.com
081344427686
PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH
Kami yang bertanda tangan dibawah ini, Jermias Bang, S.Pd SD selaku pembimbing karya ilmiah dari mahasiswa :
Nama : Apolinaris Lasimai
NIM : 821950614
Program Studi : S1 PGSD
UPBJJ : 79/ Kupang
Menyatakan bahwa Karya Ilmiah dari mahasiswa tersebut diatas dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PECAHAN SEDERHANA MELALUI LIPATAN KERTAS BEKAS PADA MATA PELAJARAN METMATIKA DI KELAS III SD NEGERI BAUMI” layak untuk diunggah ke Aplikasi Ilmiah Universitas Terbuka dengan telah memperhatikan ketentuan penulisan Karya Ilmiah sesuai panduan yang telah ditetapkan dan ketentuan anti plagiasi.
Demikian persetujuan ini kami berikan.
Pembimbing
JERMIAS BANG, S.Pd SD
ABSTRAK
Perubahan pembelajaran dalam dunia pendidikan yang terus berkembang dan keabstrakan matematika dengan bahasa simbolnya yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya yang deduktif dapat mempengaruhi pemahaman siswa. Pembelajaran matematika tentang pecahan sederhana dikelas, mengalami kendala yang berdampak pada ketidak tercapaian KKM 65, disebabkan minat belajar siswa dan penggunaan strategi pembelajaran matematika yang belum tepat sesuai kriteria PAIKEM. Alternatif yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yaitu, melalui media kertas bekas. Dengan tujuan, untuk mengetahui implementasi pengenalan pecahan sederhana; mengetahui respon siswa dalam pembelajaran; meningkatkan prestasi belajar siswa. Pengenalan pecahan sederhana melalui kertas bekas ini berlangsung di kelas III SD Negeri Baumi, jumlah peserta didik 10 orang terdiri dari laki- laki 6 orang dan perempuan 4 orang dengan tahapan waktu pra siklus hari rabu 30 Januari 2014 pukul 07.30 – 08.05; siklus I hari rabu 21 Mei 2014 pukul 07.30 – 08.05; dan siklus II hari jumat 30 Mei 2014 pukul 09.45 – 10.25. Hasil yang diperoleh dalam tahapan perbaikan pembelajaran meningkat dengan perolehan nilai rata- rata kelas 53,3 berubah ke 63,3 dan berubah lagi menjadi 74, 8, dengan selisih peningkatan 11%. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa dengan penggunaan media lipatan kertas bekas dapat meningkatkan pemahaman siswa.
Kata kunci : Media, Pembelajaran, Matematika.
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Gerakan atau reformasi pembelajaran di sekolah yang terus terjadi dan mengalir dari waktu ke waktu sesuai keberadaan teori belajar, psikologi belajar dan filsafat pendidikan yang member warna dan arah perubahan dalam memposisikan guru dan peserta didik, sehingga membuat banyak kalangan pelajar menganggap belajar adalah aktifitas yang tidak menyenangkan dimana duduk berjam-jam dengan mencurahkan pikiran dan perhatian terhadap suatu materi pokok sesuai standar kompetensi yang sedang dipelajari.
Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sukar dan sulit dipahami oleh anak- anak usia SD kelas Tematik, yang mana tingkat berpikirnya masih relatif rendah dan ditambah keanekaragaman intelegensi peserta didik sesuai ranah kongnitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki pemahaman ini tentu menjadi kendala tersendiri bagi pendidik dalam menyampaikan materi ajar. Oleh karena itu, guru mata pelajaran Matematika dituntut dengan berbagai keterampilan dalam merencanakan, menyiapkan atau menyusun dan menyampaikan materi ajar serta media pembelajaran yang berkaitan dengan pokok bahasan pecahan sederhana di kelas III SD.
Matematika mempunyai ciri- ciri khusus antara lain : Abstrak, Deduktif, Konsisten, Hierakis dan Logis. Soedjadi (1999) mengatakan bahwa keabstrahan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari sehingga banyak siswa tidak tertarik pada pembelajaran matematika.
Dari gagasan diatas dan berkaitan langsung dengan materi ajar, pecahan sederhana dan operasinya merupakan konsep pecahan sederhana dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai dan yang mana berhubungan langsung dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Namun, belum bisa menjadi kenyataan karena hampir sebagian siswa tidak mudah memahami dan tertarik dalam pembelajaran matematika tentang materi pecahan sederhana. Konsep dan makna pecahan dapat dipahami apabila dalam pembelajaran siswa mampu memfokuskan perhatian, kesungguhan, keseriusan, dan ketekunan serta guru dapat memiliki keprofesionalan dalam memanfaatkan benda-benda manipulatif dan benda-benda bekas sebagai media yang ada di lingkungan sekitar untuk digunakan dalam pembelajaran, sehingga suasana belajar berjalan sesuai kriteria PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Kadang secara sadar atau tidak guru menerapkan sifat otoriter dan menganggap peserta didik sebagai penerima, pencatat dan pengingat tanpa memandang keberhasilan pembelajaran dimana menurut Dudjana (1998) bahwa kriteria keberhasilan pembelajaran ditinjau dari dua hal yaitu sudut proses dan hasil belajar yang dicapai.
Seorang guru yang dinyatakan berhasil dalam suatu pembelajaran, jika peserta didiknya telah menguasai dan mencapai hasil KKM yang diharapkan. Dalam pembelajaran matematika di kelas III tentang pecahan sederhana sesuai tingkat perkembangan dan kemampuan sisiwa masih relatif rendah, hal ini terbukti dari hasil evaluasi yang ditemukan. Sesuai nilai rata- rata pra siklus 52,3%.
Untuk pelajaran matematika di kelas III SD Negeri Baumi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan melalui (KKM) adalah 65. Sehubungan dengan materi pecahan sederhana, dimana para siswa selalu mengalami kendala dalam memahami, sehingga mengakibatkan banyak peserta didik yang tidak tuntas dalam mempelajarinya maka, diperlukan inovasi kreatif dari guru dalam mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara untuk merangsang minat siswa dalam mempelajari pecahan sederhana melalui penggunaan lipatan kertas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan emosional peserta didik.
Identifikasi masalah
Dari analisis situasi yang ada sesuai kondisi saat proses belajar mengajar berlangsung didapati bahwa ternyata masih banyak peserta didik yang belum menguasai dan memahami materi pembelajaran matematika tentang pecahan sederhana di kelas III, sehingga kriteria ketuntasan minimal 65 sesuai KTSP SD Negeri Baumi belum tercapai.
Berdasarkan temuan data tersebut maka identifikasi masalah yang menghambat pemahaman peserta didik dalam pembelajaran matematika antara lain :
Kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran matematika tentang pecahan sederhana.
Belum menemukan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Tingkat berpikir anak masih pada tahap operasi konkrit, teori tingkat perkembangan berpikir anak menurut Jean Peaget.
Analisis masalah
Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan kesulitan peserta didik dalam memahami materi pecahan sederhana dalam menyelesaikan soal- soal yang berkaitan dengan materi pembelajaran tersebut, diantaranya :
Proses belajar mengajar matematika dikelas masih berjalan searah.
Penggunaan media pembelajaran yang belum tepat sesuai tuntunan materi ajar pecahan sederhana
Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Dari uraian masalah diatas, maka solusi yang digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran pecahan sederhana mata pelajaran matematika yaitu dengan menggunakan media pembelajaran melalui lipatan kertas bekas sehingga peserta didik tidak hanya menyelesaikan soal- soal yang diberikan tetapi dapat memahami dan mengenal konsep pecahan sederhana yang benar dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik.
Menurut Hamalik (1996), bahwa media pembelajaran dalam proses belajar dapat meningkatkan motifasi dan rangsangan dalam kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Mengingat hal tersebut, maka diperlukan suatu upaya kreatif dalam mengatasinya melalui rencana perbaikan pembelajaran sehingga penulis tertarik dan membahsnya dalam tulisan yang diberi judul “UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PECAHAN SEDERHANA MELALUI LIPATAN KERTAS BEKAS PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD NEGERI BAUMI “.
Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
Apakah dengan penggunaan alat peraga melalui ciptaan kertas bekas dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas III SD Negeri Baumi tentang materi pecahan sederhana pada mata pelajaran matematika?
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan analisis masalah yang ada maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui Implementasi pembelajaran pecahan sederhana dengan menggunakan media pembelajaran lipatan kertas bekas.
Untuk mengetahui respon murid terhadap pembelajaran pecahan sederhana dengan menggunakan media pembelajaran lipatan kertas bekas.
Ketuntasan belajar siswa terhadap pembelajaran pecahan sederhana melalui penggunaan media pembelajaran lipatan kertas bekas.
Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat, yaitu :
Bagi Guru Sebagai Peneliti
Memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu dan kreatifitas peserta didik dalam pembelajaran matematika.
Memberikan bekal pengetahuan proses belajar yang efektif, kuatif moratif, dan produktif.
Proses pembelajaran di kelas tidak lagi berjalan secara monoton.
Bagi Siswa
Tumbuhnya rasa cinta akan materi matematika.
Untuk memperoleh pengetahuan matematika, khususnya pecahan sederhana yang lebih menarik, menyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Untuk memperoleh kualitas pembelajaran yang memadai.
Bagi Sekolah dan Peneliti yang lain
Akan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran berkualitas sesuai perkembangan pendidikan.
Sebagai bahan masukan dalam memperbaiki teknik pembelajaran klasikal dan ceramah menjadi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenengkan.
Dapat dijadikan bahan referensi dan perbandingan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pecahan sederhana.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
Pengertian Belajar dan Pembelajaran Secara Umum
Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktifitas pikiran dan perasaan. Belajar juga merupakan suatu proses perubahan perilaku dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Untuk merumuskan definisi belajar yang memadai bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena itu timbullah berbagai defini belajar yang dikembangkan para ahli, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Gakne (1984), bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilaku sebagai akibat pengalaman. Natawijaja (1984), berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sudjana (1998 : 5), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang.
Pembelajaran merupakan perkembangan istilah dari istilah pengajaran dan istilah belajar mengajar. Pembelajaran juga merupakan suatu system lingkungan belajar yang terdiri dari unsur, tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur / komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berorientasi pada tujuan.
Dengan demikian pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk membelajarkan siswa. Usaha atau bimbingan sadar yang dilakukan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa juga merupakan pembelajaran.
Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
Menurut Ruseffendi (1989, h.23) mengatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari unsur- unsur yang tidak didefenisikan, defenisi- defenisi, aksioma- aksioma, dan dalil- dalil, dimana dalil- dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum yang mana matematika sering disebut ilmu deduktif dan matematika menurut Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, dan pembuktian yang logik.
Berdasarkan defenisi- defenisi matematika diatas maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, seni, bahasa, ilmu tentang struktur yang terorganisasi dengan bidang keilmuan yang teratur sistemis dan eksak. Sedangkan, belajar matematika menurut Jerome S. Bruner dari Universitas Harvard yang sangat terkenal dalam dunia pendidikan umumnya dan khususnya di bidang matematika mengatakan ada tiga tahap dalam proses belajar yaitu :
Tahap Enaktif atau tahap kegiatan (enative)
Pada tahap ini, sebagai tahap pertama anak belajar konsep yang berhubungan dengan benda- benda rill atau mengalami peristiwa di dunia sekitar. Anak- anak masih dalam gerak reflex dan coba- coba, atau belum harmonis.
Tahap Ikonik atau tahap gambar bayangan (iconic)
Pada tahap ini, dimana anak lebih mengubah, memahami dan menyimpan peristiwa dalam bayangan mental, dengan kata lain anak dapat membayangkan kembali atau memberikan gambaran dalam pemikiran tentang benda atau peristiwa yang dialami atau dikenalnya.
Tahap Simbolik (symbolic)
Pada tahap ini, sebagai tahap akhir dimana anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa.
Berdasarkan beberapa kajian teoritis diatas, maka dalam pembelajaran matematika merupakan penanaman penalaran dan pembinaan keterampilan dari konsep-konsep, ide atau gagasan yang terbentuk dari pengalaman lingkungan dengan memanipulasi benda-benda kongrit sehingga dapat dipahami sesuai dengan kemampuan berpikir anak dalam memahami konsep matematika yang relatif abstrak.
Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan umum pembelajaran matematika di pendidikan dasar (Mendikbud, 1999;31) menyatakan bahwa :
Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertidak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif.
Mempersiapkan siswa agar mendapat matematika dan pola pemikir matematika dalam kehidupan dan bahwa mempelajari ilmu pengetahuan.
Secara sederhana matematika berkenaan dengan ide- ide atau konsep-konsep abstrak, yang mana keabstrakan matematika merupakan salah satu penyebab adanya anggapan siswa sekolah dasar kelas tematik bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dipelajari dengan tingkat anak usia SD kelas III yang merupakan kelas tematik rata- rata berumur 9 tahun dalam tahapan operasi kongkret yang tingkat intelektualnya masih relatuf rendah beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sukar, maka dalam mengurangi kesulitan siswa SD dan meningkatkan pemahaman tentang pelajaran matematika maka, guru dapat menciptakan suasana belajar sesuai kriteria pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi sesuai materi ajar.
Pecahan Sederhana
Dalam kehidupan sehari- hari sering digunakan konsep pecahan sederhana dalam membagi- bagikan makanan atau benda- benda lain. Dalam pembagian yang sama tidak menjadi masalah jika banyaknya benda yang akan dibagikan sama dengan atau kelipatan dari banyaknya orang yang akan dibagi, sebaliknya pembagian yang sama akan menjadi masalah jika banyaknya benda yang akan dibagikan kurang dari atau lebih dari dan tidak merupakan kelipatan dari banyaknya orang- orang yang dibagi.
Contoh 1 Pemahaman Konsep Pecahan
Membagikan 7 buah semangka kepada 4 orang teman.
Dari contoh diatas agar pembagian semangka tersebut dapat dibagikan dan masing-masing mendapatkan bagian yang sama maka akan timbul bilangan pecahan.
Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa pecahan sederhana adalah suatu bagian dari bentuk keseluruhan. Dan untuk mengenali pecahan sederhana yang dapat ditunjukan atau diperagakan. Melalui bilangan pecahan dan bentuk penyelesaian sebagai berikut :
Contoh 2 Bentuk Pecahan dan Cara Menyelesaikannya
Pembagian 7 buah semangka kepada 4 orang teman.
Dari contoh diatas dan pemahaman konsep maka pecahan bilangannya dapat dilambangkan dengan 7/4 dimana 7 adalah bilangan pembilang dan 4 adalah bilangan penyebut yang mempunyai bagian pecahan yang pembilangnya lebih besar dari penyebutnya maka pecahan ini dapat dibagikan atau disederhanakan dan akan muncul pecahan baru yaitu pecahan campuran dengan aturannya yang beda.
Aturan Pecahan Campuran
Apabila dikaitkan dengan contoh soal diatas maka
7/4 sama dengan 7 dibagi 4 hasilnya 1 sisa 3 = 1 3/4.
Metode Pembelajaran
Menurut Budimasyah (2003) mengatakan ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran yakni :
Mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep atau prinsip dalam pembelajaran matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan melakukan sesuatu.
Dalam setiap pembelajaran guru hendaknya memperhatikan penguasaan materi yang diperlukan.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup, mempunyai solusi tunggal terbuka atau masalah dengan berbagai cara penyelesaian.
Media pembelajaran
Menurut Aqib, (2006 : 135) alat peraga atau media adalah sumber belajar yang harus dikembangkan, untuk tercapainya hasil belajar yang optimal. Lebih lanjut menurut Mustaji dalam Aqib (2006 : 135) bahwa dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak boleh melupakan suatu hal yang sudah pasti kebenarannya, yaitu bahwa pelajar harus banyak berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai maka sulit diharapkan terwujudnya proses pembelajaran yang mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan kajian teoritis diatas maka media pembelajaran dengan menggunakan kertas bekas yang berukuran persegi dan mudah diperoleh didalam kelas atau disekitar kelas yang dimodifikasi dengan tujuan untuk merangsang pola pikirpeserta didik dan menarik mereka sehingga dapat memahami materi pelajaran matematia tentang pecahan sederhana.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Subjek, Tempat Dan Waktu Penelitian
Subyek Penelitian Tindakan Kelas
Dalam penelitian tindakan kelas, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri Baumi dengan peserta didik 10 orang yang terdiri dari 6 orang laki- laki dan 4 orang perempuan.
Tempat Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini berlangsung di SD Negeri Baumi, Desa Lembur Timur, Kecamatan Lembur, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Waktu Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/ 2014 dengan alokasi waktu sebagai berikut :
Perbaikan pembelajaran siklus I pada
Hari Rabu tanggal 21 Mei 2014 Pukul 07.30 – 08.05 WITA
Perbaikan pembelajaran siklus II pada
Hari Jumat tanggal 30 Mei 2014 Pukul 09.45 – 10.25 WITA
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan rangkain tindakan pemecahan masalah dalam bentuk siklus dengan masing- masing siklus mempunyai tahapan- tahapan pelaksanaan meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi atau pengamatan dan tahap refleksi.
Langkah- langkah pelaksanaan pada tahap perbaikan siklus I (pertama)
Tahap perencanaan
Menyusun rencana perbaikan pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas III SD Negeri Baumi
Membuat instrumen awal
Menyiapkan bahan ajar
Menyiapkan lembar kerja siswa
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Awal
Apersepsi
Tanya jawab materi yang akan dilaksanakan
Kegiatan Inti
Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok
Guru menjelaskan materi pelajaran atau kegiatan yang akan dilakukan siswa
Guru membagikan LKS kepada siswa
Guru membimbing siswa dalam setiap kelompok
Laporan hasil kerja kelompok
Pajangan hasil kerja kelompok
Kegiatan Akhir
Guru melaksankan post tes
Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan pada saat implementasi RPP di kelas yang dilakukan oleh supervisor satu dan supervisor dua terhadap terhadap peneliti dalam proses pembelajaran serta peneliti melakukan observasi terhadap siswa untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, ditemukan bahwa siswa belum sepenuhnya memahami materi yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata tiap kelompok yang belum mencapai KKM yakni 65, sehingga peneliti termotivasi untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Langkah- langkah pelaksanaan pada siklus II
Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan antara lain :
Menginfentalisir kelemahan- kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.
Menyusun rencana perbaikan pembelajaran
Menyiapkan bahan pembelajaran
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Awal
Apersepsi : tanya jawab materi yang akan diajarkan
Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada peserta didik
Guru membagikan LKS kepada siswa serta menjelaskan cara mengerjakannya.
Siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan
Laporan diskusi kelompok
Pajangan / presentase
Kegiatan Akhir
Memberikan pekerjaan rumah
Tahap Observasi
Pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan oleh peneliti, maka observasi oleh supervisor I dan supervisor II untuk menilai pelaksanaan perbaikan pembelajaran serta peneliti mengadakan pengamatan terhadap peserta didik berdasarkan format pengamatan.
Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II, hasil yang dicapai adalah terjadinya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil kerja kelompok dan individu yang diperoleh dari siswa yaitu data observasi atau pengamatan dengan nilai rata-rata 70 dan data nilai tes rata-rata 79. Sehingga disimpulkan bahwa dengan menggunakan media pembelajaran lipatan kertas bekas dalam pengenalan pecahan sederhana dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas III dalam memahami materi yang diajarkan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif, dimana data yang diperoleh dan dirampung dalam setiap siklus dianalisis dalam bentuk tahapan-tahapan sebagai berikut :
Reduksi Data
Peneliti melakukan penyederhanaan data mentah dari setiap siklus dengan membuat fokus dan klasifikasi
Hasil Tahapan
Tahapan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik agar memudahkan dalam membaca
Mengumpulkan Data Sajian dari Hasil Analisis
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian tidakan kelas yang dilaksanakan berdasarkan rencana perbaikan pembelajaran dan hasil yang diperoleh berupa hasil observasi dan analisis hasil belajar siswa pada setiap siklus, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Pra Siklus
Tabel 1
Lembar Observasi Kerja Siswa
No Nama Siswa Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata
Keaktifan Kemandirian Hasil Kerja
1 Milus P. Maiten 50 50 50 150 50
2 Susiyanti Mauko 55 50 55 160 53
3 Robinson Kapomai 60 50 50 160 53
4 Sinaiti K. Famani 60 40 50 150 50
5 Putri R. Molina 50 50 50 150 50
6 Jitro S. Nino 60 50 40 150 50
7 Andi E. Lasimai 55 50 60 165 55
8 Putrawan Hyetingkay 50 50 50 150 50
9 Jhon B. Maiten 60 40 50 150 50
10 Aulia K. Bekako 50 50 50 150 50
Jumlah 560 480 505 1535 511
Rata – Rata Kelas 56 48 50,5 153,5 51,1
Keterangan :
Rentang Nilai dan Penilaian
Rentang Nilai
85 – 100 = Sangat Baik
70 – 84 = Baik
55 – 69 = Cukup
30 – 54 = Kurang
0 – 29 = Kurang Sekali
Penilaian
Nilai rata-rata siswa : (Jumlah Perolehan)/(Aspek Penilain)
nilai rata-rata kelas : (Jumlah Nilai Perolehan)/(Jumlah Siswa)
Tabel 2
Hasil Analisis Belajar
No Nama Siswa Nomor Soal Jumlah Nilai Rata-Rata
1 2 3 4 5
1 Milus P. Maiten 80 70 60 30 30 270 54
2 Susiyanti Mauko 70 70 50 50 30 270 54
3 Robinson Kapomai 70 60 40 40 40 250 50
4 Sinaiti K. Famani 80 60 40 40 40 250 50
5 Putri R. Molina 60 60 60 40 30 250 50
6 Jitro S. Nino 70 70 60 50 20 270 54
7 Andi E. Lasimai 60 60 60 60 30 270 54
8 Putrawan Hyetingkay 70 60 60 40 20 250 50
9 Jhon B. Maiten 60 60 60 40 40 260 52
10 Aulia K. Bekako 70 70 70 50 30 290 58
Jumlah 690 640 560 440 310 2630 526
Rata – Rata Kelas 69 64 56 44 31 263 52,6
Keterangan :
Jumlah soal 5 nomor. Jumlah skor maksimal 300
Nilai rata-rata = (Skor Perolehan)/(Jumlah Skor)
Tabel 3.
Analisis Ketuntasan Pra Siklus
No Nama Siswa Nilai Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Milus P. Maiten 54
2 Susiyanti Mauko 54
3 Robinson Kapomai 50
4 Sinaiti K. Famani 50
5 Putri R. Molina 50
6 Jitro S. Nino 54
7 Andi E. Lasimai 54
8 Putrawan Hyetingkay 50
9 Jhon B. Maiten 52
10 Aulia K. Bekako 58
Jumlah Nilai 5.038
Nilai Tertinggi 58
Nilai Terendah 50
Rata - Rata 52,3
Berdasarkan hasil observasi dan analisis, hasil belajar siswa diatas maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas yang berorientasi pada upaya meningkatkan pemahaman siswa, karena semua siswa belum memahami materi yang diajarkan.
Siklus I
Tabel 4
Lembar Observasi Kerja Siswa
No Nama Siswa Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata
Keaktifan Kemandirian Hasil Kerja
1 Milus P. Maiten 65 60 60 185 61,66
2 Susiyanti Mauko 60 60 60 180 60
3 Robinson Kapomai 70 60 60 190 63,33
4 Sinaiti K. Famani 70 60 65 195 65
5 Putri R. Molina 70 60 60 190 63,33
6 Jitro S. Nino 75 65 65 205 68,33
7 Andi E. Lasimai 65 60 65 190 63,33
8 Putrawan Hyetingkay 70 65 65 200 66,66
9 Jhon B. Maiten 65 65 65 195 65
10 Aulia K. Bekako 60 60 60 180 60
Jumlah 670 615 625 1913 636,64
Rata – Rata Kelas 67 61,5 62,5 191,3 63,66
Keterangan :
Rentang Nilai dan Penilaian
Rentang Nilai
85 – 100 = Sangat Baik
70 – 84 = Baik
55 – 69 = Cukup
30 – 54 = Kurang
0 – 29 = Kurang Sekali
Penilaian
Nilai rata-rata siswa : (Jumlah Perolehan)/(Aspek Penilaian)
Nilai rata-rata kelas : (Jumlah Nilai Perolehan)/(Jumlah Siswa)
Tabel 5
Hasil Analisis Belajar
No Nama Siswa Nomor Soal Jumlah Nilai Rata-Rata
1 2 3 4 5
1 Milus P. Maiten 75 75 60 70 60 340 68
2 Susiyanti Mauko 75 75 50 70 60 330 66
3 Robinson Kapomai 75 60 40 50 70 295 59
4 Sinaiti K. Famani 75 75 40 50 60 300 60
5 Putri R. Molina 75 75 60 50 60 320 64
6 Jitro S. Nino 75 70 60 50 50 305 61
7 Andi E. Lasimai 75 75 60 60 50 320 64
8 Putrawan Hyetingkay 75 75 60 50 50 310 62
9 Jhon B. Maiten 75 70 60 50 65 320 64
10 Aulia K. Bekako 75 70 70 50 60 325 65
Jumlah 750 720 560 550 585 3165 633
Rata – Rata Kelas 75 72 56 55 58,5 316,5 63,3
Keterangan :
Jumlah soal 5 nomor. Jumlah skor maksimal 300
Nilai rata-rata = (Skor Perolehan)/(Jumlah Skor)
Tabel 6
Analisis Ketuntasan Siklus I
No Nama Siswa Nilai Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Milus P. Maiten 68 -
2 Susiyanti Mauko 66 -
3 Robinson Kapomai 59
4 Sinaiti K. Famani 60
5 Putri R. Molina 64
6 Jitro S. Nino 61
7 Andi E. Lasimai 64
8 Putrawan Hyetingkay 62
9 Jhon B. Maiten 64
10 Aulia K. Bekako 65
Jumlah Nilai 633
Nilai Tertinggi 68
Nilai Terendah 59
Rata - Rata 63,3
Berdasarkan hasil observasi dan analisis diketahui bahwa ternyata sebagian besar siswa belum memahami tentang konsep pecahan sederhana secarah utuh, sehingga peneliti masih perlu mengadakan penelitian tindakan kelas siklus II.
Siklus II
Tabel 7
Lembar Observasi Hasil Kerja Siswa
No Nama Siswa Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata
Keaktifan Kemandirian Hasil Kerja
1 Milus P. Maiten 70 65 70 205 68,33
2 Susiyanti Mauko 75 65 70 210 70
3 Robinson Kapomai 75 70 70 215 71,66
4 Sinaiti K. Famani 70 70 65 205 68,33
5 Putri R. Molina 65 65 65 195 65
6 Jitro S. Nino 75 65 65 205 68,33
7 Andi E. Lasimai 70 70 65 205 68,33
8 Putrawan Hyetingkay 65 65 65 195 65
9 Jhon B. Maiten 75 70 65 210 70
10 Aulia K. Bekako 65 65 65 195 65
Jumlah 705 670 665 2040 680
Rata – Rata Kelas 70,5 67 66,5 204 68
Keterangan :
Rentang Nilai dan Penilaian
Rentang Nilai
85 – 100 = Sangat Baik
70 – 84 = Baik
55 – 69 = Cukup
30 – 54 = Kurang
0 – 29 = Kurang Sekali
Penilaian
Nilai rata-rata siswa : (Jumlah Perolehan)/(Aspek Penilaian)
Nilai rata-rata kelas : (Jumlah Nilai Perolehan)/(Jumlah Siswa)
Tabel 8
Hasil Analisis Belajar
No Nama Siswa Nomor Soal Jumlah Nilai Rata-Rata
1 2 3 4 5
1 Milus P. Maiten 100 80 70 65 50 365 73
2 Susiyanti Mauko 100 100 75 50 50 375 75
3 Robinson Kapomai 90 90 85 70 50 385 77
4 Sinaiti K. Famani 75 75 70 65 50 335 67
5 Putri R. Molina 100 100 100 65 60 425 85
6 Jitro S. Nino 100 70 70 55 60 355 71
7 Andi E. Lasimai 100 100 75 60 50 385 77
8 Putrawan Hyetingkay 95 100 60 55 50 360 72
9 Jhon B. Maiten 75 100 65 55 65 360 72
10 Aulia K. Bekako 100 100 70 65 60 395 79
Jumlah 935 915 740 605 545 3740 748
Rata – Rata Kelas 93,5 91,5 74 60,5 54,5 374 74,8
Keterangan :
Jumlah soal 5 nomor. Jumlah skor maksimal 300
Nilai rata-rata = (Skor Perolehan)/(Jumlah Skor)
Tabel 9
Analisis Ketuntasan Belajar
No Nama Siswa Nilai Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Milus P. Maiten 73
2 Susiyanti Mauko 75
3 Robinson Kapomai 77
4 Sinaiti K. Famani 67
5 Putri R. Molina 85
6 Jitro S. Nino 71
7 Andi E. Lasimai 77
8 Putrawan Hyetingkay 72
9 Jhon B. Maiten 72
10 Aulia K. Bekako 79
Jumlah Nilai 748
Nilai Tertinggi 85
Nilai Terendah 67
Rata - Rata 74,8
Latar Belakang
Gerakan atau reformasi pembelajaran di sekolah yang terus terjadi dan mengalir dari waktu ke waktu sesuai keberadaan teori belajar, psikologi belajar dan filsafat pendidikan yang member warna dan arah perubahan dalam memposisikan guru dan peserta didik, sehingga membuat banyak kalangan pelajar menganggap belajar adalah aktifitas yang tidak menyenangkan dimana duduk berjam-jam dengan mencurahkan pikiran dan perhatian terhadap suatu materi pokok sesuai standar kompetensi yang sedang dipelajari.
Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sukar dan sulit dipahami oleh anak- anak usia SD kelas Tematik, yang mana tingkat berpikirnya masih relatif rendah dan ditambah keanekaragaman intelegensi peserta didik sesuai ranah kongnitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki pemahaman ini tentu menjadi kendala tersendiri bagi pendidik dalam menyampaikan materi ajar. Oleh karena itu, guru mata pelajaran Matematika dituntut dengan berbagai keterampilan dalam merencanakan, menyiapkan atau menyusun dan menyampaikan materi ajar serta media pembelajaran yang berkaitan dengan pokok bahasan pecahan sederhana di kelas III SD.
Matematika mempunyai ciri- ciri khusus antara lain : Abstrak, Deduktif, Konsisten, Hierakis dan Logis. Soedjadi (1999) mengatakan bahwa keabstrahan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari sehingga banyak siswa tidak tertarik pada pembelajaran matematika.
Dari gagasan diatas dan berkaitan langsung dengan materi ajar, pecahan sederhana dan operasinya merupakan konsep pecahan sederhana dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai dan yang mana berhubungan langsung dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Namun, belum bisa menjadi kenyataan karena hampir sebagian siswa tidak mudah memahami dan tertarik dalam pembelajaran matematika tentang materi pecahan sederhana. Konsep dan makna pecahan dapat dipahami apabila dalam pembelajaran siswa mampu memfokuskan perhatian, kesungguhan, keseriusan, dan ketekunan serta guru dapat memiliki keprofesionalan dalam memanfaatkan benda-benda manipulatif dan benda-benda bekas sebagai media yang ada di lingkungan sekitar untuk digunakan dalam pembelajaran, sehingga suasana belajar berjalan sesuai kriteria PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Kadang secara sadar atau tidak guru menerapkan sifat otoriter dan menganggap peserta didik sebagai penerima, pencatat dan pengingat tanpa memandang keberhasilan pembelajaran dimana menurut Dudjana (1998) bahwa kriteria keberhasilan pembelajaran ditinjau dari dua hal yaitu sudut proses dan hasil belajar yang dicapai.
Seorang guru yang dinyatakan berhasil dalam suatu pembelajaran, jika peserta didiknya telah menguasai dan mencapai hasil KKM yang diharapkan. Dalam pembelajaran matematika di kelas III tentang pecahan sederhana sesuai tingkat perkembangan dan kemampuan sisiwa masih relatif rendah, hal ini terbukti dari hasil evaluasi yang ditemukan. Sesuai nilai rata- rata pra siklus 52,3%.
Untuk pelajaran matematika di kelas III SD Negeri Baumi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan melalui (KKM) adalah 65. Sehubungan dengan materi pecahan sederhana, dimana para siswa selalu mengalami kendala dalam memahami, sehingga mengakibatkan banyak peserta didik yang tidak tuntas dalam mempelajarinya maka, diperlukan inovasi kreatif dari guru dalam mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara untuk merangsang minat siswa dalam mempelajari pecahan sederhana melalui penggunaan lipatan kertas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan emosional peserta didik.
Identifikasi masalah
Dari analisis situasi yang ada sesuai kondisi saat proses belajar mengajar berlangsung didapati bahwa ternyata masih banyak peserta didik yang belum menguasai dan memahami materi pembelajaran matematika tentang pecahan sederhana di kelas III, sehingga kriteria ketuntasan minimal 65 sesuai KTSP SD Negeri Baumi belum tercapai.
Berdasarkan temuan data tersebut maka identifikasi masalah yang menghambat pemahaman peserta didik dalam pembelajaran matematika antara lain :
Kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran matematika tentang pecahan sederhana.
Belum menemukan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
Tingkat berpikir anak masih pada tahap operasi konkrit, teori tingkat perkembangan berpikir anak menurut Jean Peaget.
Analisis masalah
Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan kesulitan peserta didik dalam memahami materi pecahan sederhana dalam menyelesaikan soal- soal yang berkaitan dengan materi pembelajaran tersebut, diantaranya :
Proses belajar mengajar matematika dikelas masih berjalan searah.
Penggunaan media pembelajaran yang belum tepat sesuai tuntunan materi ajar pecahan sederhana
Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Dari uraian masalah diatas, maka solusi yang digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran pecahan sederhana mata pelajaran matematika yaitu dengan menggunakan media pembelajaran melalui lipatan kertas bekas sehingga peserta didik tidak hanya menyelesaikan soal- soal yang diberikan tetapi dapat memahami dan mengenal konsep pecahan sederhana yang benar dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik.
Menurut Hamalik (1996), bahwa media pembelajaran dalam proses belajar dapat meningkatkan motifasi dan rangsangan dalam kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Mengingat hal tersebut, maka diperlukan suatu upaya kreatif dalam mengatasinya melalui rencana perbaikan pembelajaran sehingga penulis tertarik dan membahsnya dalam tulisan yang diberi judul “UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PECAHAN SEDERHANA MELALUI LIPATAN KERTAS BEKAS PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD NEGERI BAUMI “.
Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
Apakah dengan penggunaan alat peraga melalui ciptaan kertas bekas dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas III SD Negeri Baumi tentang materi pecahan sederhana pada mata pelajaran matematika?
Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan analisis masalah yang ada maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
Untuk mengetahui Implementasi pembelajaran pecahan sederhana dengan menggunakan media pembelajaran lipatan kertas bekas.
Untuk mengetahui respon murid terhadap pembelajaran pecahan sederhana dengan menggunakan media pembelajaran lipatan kertas bekas.
Ketuntasan belajar siswa terhadap pembelajaran pecahan sederhana melalui penggunaan media pembelajaran lipatan kertas bekas.
Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat, yaitu :
Bagi Guru Sebagai Peneliti
Memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu dan kreatifitas peserta didik dalam pembelajaran matematika.
Memberikan bekal pengetahuan proses belajar yang efektif, kuatif moratif, dan produktif.
Proses pembelajaran di kelas tidak lagi berjalan secara monoton.
Bagi Siswa
Tumbuhnya rasa cinta akan materi matematika.
Untuk memperoleh pengetahuan matematika, khususnya pecahan sederhana yang lebih menarik, menyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Untuk memperoleh kualitas pembelajaran yang memadai.
Bagi Sekolah dan Peneliti yang lain
Akan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran berkualitas sesuai perkembangan pendidikan.
Sebagai bahan masukan dalam memperbaiki teknik pembelajaran klasikal dan ceramah menjadi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenengkan.
Dapat dijadikan bahan referensi dan perbandingan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pecahan sederhana.
KAJIAN PUSTAKA
Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
Pengertian Belajar dan Pembelajaran Secara Umum
Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktifitas pikiran dan perasaan. Belajar juga merupakan suatu proses perubahan perilaku dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Untuk merumuskan definisi belajar yang memadai bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena itu timbullah berbagai defini belajar yang dikembangkan para ahli, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Gakne (1984), bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilaku sebagai akibat pengalaman. Natawijaja (1984), berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sudjana (1998 : 5), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang.
Pembelajaran merupakan perkembangan istilah dari istilah pengajaran dan istilah belajar mengajar. Pembelajaran juga merupakan suatu system lingkungan belajar yang terdiri dari unsur, tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur / komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berorientasi pada tujuan.
Dengan demikian pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk membelajarkan siswa. Usaha atau bimbingan sadar yang dilakukan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa juga merupakan pembelajaran.
Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
Menurut Ruseffendi (1989, h.23) mengatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari unsur- unsur yang tidak didefenisikan, defenisi- defenisi, aksioma- aksioma, dan dalil- dalil, dimana dalil- dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum yang mana matematika sering disebut ilmu deduktif dan matematika menurut Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, dan pembuktian yang logik.
Berdasarkan defenisi- defenisi matematika diatas maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, seni, bahasa, ilmu tentang struktur yang terorganisasi dengan bidang keilmuan yang teratur sistemis dan eksak. Sedangkan, belajar matematika menurut Jerome S. Bruner dari Universitas Harvard yang sangat terkenal dalam dunia pendidikan umumnya dan khususnya di bidang matematika mengatakan ada tiga tahap dalam proses belajar yaitu :
Tahap Enaktif atau tahap kegiatan (enative)
Pada tahap ini, sebagai tahap pertama anak belajar konsep yang berhubungan dengan benda- benda rill atau mengalami peristiwa di dunia sekitar. Anak- anak masih dalam gerak reflex dan coba- coba, atau belum harmonis.
Tahap Ikonik atau tahap gambar bayangan (iconic)
Pada tahap ini, dimana anak lebih mengubah, memahami dan menyimpan peristiwa dalam bayangan mental, dengan kata lain anak dapat membayangkan kembali atau memberikan gambaran dalam pemikiran tentang benda atau peristiwa yang dialami atau dikenalnya.
Tahap Simbolik (symbolic)
Pada tahap ini, sebagai tahap akhir dimana anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa.
Berdasarkan beberapa kajian teoritis diatas, maka dalam pembelajaran matematika merupakan penanaman penalaran dan pembinaan keterampilan dari konsep-konsep, ide atau gagasan yang terbentuk dari pengalaman lingkungan dengan memanipulasi benda-benda kongrit sehingga dapat dipahami sesuai dengan kemampuan berpikir anak dalam memahami konsep matematika yang relatif abstrak.
Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan umum pembelajaran matematika di pendidikan dasar (Mendikbud, 1999;31) menyatakan bahwa :
Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertidak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif.
Mempersiapkan siswa agar mendapat matematika dan pola pemikir matematika dalam kehidupan dan bahwa mempelajari ilmu pengetahuan.
Secara sederhana matematika berkenaan dengan ide- ide atau konsep-konsep abstrak, yang mana keabstrakan matematika merupakan salah satu penyebab adanya anggapan siswa sekolah dasar kelas tematik bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dipelajari dengan tingkat anak usia SD kelas III yang merupakan kelas tematik rata- rata berumur 9 tahun dalam tahapan operasi kongkret yang tingkat intelektualnya masih relatuf rendah beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sukar, maka dalam mengurangi kesulitan siswa SD dan meningkatkan pemahaman tentang pelajaran matematika maka, guru dapat menciptakan suasana belajar sesuai kriteria pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi sesuai materi ajar.
Pecahan Sederhana
Dalam kehidupan sehari- hari sering digunakan konsep pecahan sederhana dalam membagi- bagikan makanan atau benda- benda lain. Dalam pembagian yang sama tidak menjadi masalah jika banyaknya benda yang akan dibagikan sama dengan atau kelipatan dari banyaknya orang yang akan dibagi, sebaliknya pembagian yang sama akan menjadi masalah jika banyaknya benda yang akan dibagikan kurang dari atau lebih dari dan tidak merupakan kelipatan dari banyaknya orang- orang yang dibagi.
Contoh 1 Pemahaman Konsep Pecahan
Membagikan 7 buah semangka kepada 4 orang teman.
Dari contoh diatas agar pembagian semangka tersebut dapat dibagikan dan masing-masing mendapatkan bagian yang sama maka akan timbul bilangan pecahan.
Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa pecahan sederhana adalah suatu bagian dari bentuk keseluruhan. Dan untuk mengenali pecahan sederhana yang dapat ditunjukan atau diperagakan. Melalui bilangan pecahan dan bentuk penyelesaian sebagai berikut :
Contoh 2 Bentuk Pecahan dan Cara Menyelesaikannya
Pembagian 7 buah semangka kepada 4 orang teman.
Dari contoh diatas dan pemahaman konsep maka pecahan bilangannya dapat dilambangkan dengan 7/4 dimana 7 adalah bilangan pembilang dan 4 adalah bilangan penyebut yang mempunyai bagian pecahan yang pembilangnya lebih besar dari penyebutnya maka pecahan ini dapat dibagikan atau disederhanakan dan akan muncul pecahan baru yaitu pecahan campuran dengan aturannya yang beda.
Aturan Pecahan Campuran
Apabila dikaitkan dengan contoh soal diatas maka
7/4 sama dengan 7 dibagi 4 hasilnya 1 sisa 3 = 1 3/4.
Metode Pembelajaran
Menurut Budimasyah (2003) mengatakan ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran yakni :
Mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep atau prinsip dalam pembelajaran matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan melakukan sesuatu.
Dalam setiap pembelajaran guru hendaknya memperhatikan penguasaan materi yang diperlukan.
Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup, mempunyai solusi tunggal terbuka atau masalah dengan berbagai cara penyelesaian.
Media pembelajaran
Menurut Aqib, (2006 : 135) alat peraga atau media adalah sumber belajar yang harus dikembangkan, untuk tercapainya hasil belajar yang optimal. Lebih lanjut menurut Mustaji dalam Aqib (2006 : 135) bahwa dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak boleh melupakan suatu hal yang sudah pasti kebenarannya, yaitu bahwa pelajar harus banyak berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai maka sulit diharapkan terwujudnya proses pembelajaran yang mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan kajian teoritis diatas maka media pembelajaran dengan menggunakan kertas bekas yang berukuran persegi dan mudah diperoleh didalam kelas atau disekitar kelas yang dimodifikasi dengan tujuan untuk merangsang pola pikirpeserta didik dan menarik mereka sehingga dapat memahami materi pelajaran matematia tentang pecahan sederhana.
PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Subjek, Tempat Dan Waktu Penelitian
Subyek Penelitian Tindakan Kelas
Dalam penelitian tindakan kelas, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri Baumi dengan peserta didik 10 orang yang terdiri dari 6 orang laki- laki dan 4 orang perempuan.
Tempat Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini berlangsung di SD Negeri Baumi, Desa Lembur Timur, Kecamatan Lembur, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Waktu Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/ 2014 dengan alokasi waktu sebagai berikut :
Perbaikan pembelajaran siklus I pada
Hari Rabu tanggal 21 Mei 2014 Pukul 07.30 – 08.05 WITA
Perbaikan pembelajaran siklus II pada
Hari Jumat tanggal 30 Mei 2014 Pukul 09.45 – 10.25 WITA
Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan rangkain tindakan pemecahan masalah dalam bentuk siklus dengan masing- masing siklus mempunyai tahapan- tahapan pelaksanaan meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi atau pengamatan dan tahap refleksi.
Langkah- langkah pelaksanaan pada tahap perbaikan siklus I (pertama)
Tahap perencanaan
Menyusun rencana perbaikan pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas III SD Negeri Baumi
Membuat instrumen awal
Menyiapkan bahan ajar
Menyiapkan lembar kerja siswa
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Awal
Apersepsi
Tanya jawab materi yang akan dilaksanakan
Kegiatan Inti
Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok
Guru menjelaskan materi pelajaran atau kegiatan yang akan dilakukan siswa
Guru membagikan LKS kepada siswa
Guru membimbing siswa dalam setiap kelompok
Laporan hasil kerja kelompok
Pajangan hasil kerja kelompok
Kegiatan Akhir
Guru melaksankan post tes
Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan pada saat implementasi RPP di kelas yang dilakukan oleh supervisor satu dan supervisor dua terhadap terhadap peneliti dalam proses pembelajaran serta peneliti melakukan observasi terhadap siswa untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, ditemukan bahwa siswa belum sepenuhnya memahami materi yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata tiap kelompok yang belum mencapai KKM yakni 65, sehingga peneliti termotivasi untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Langkah- langkah pelaksanaan pada siklus II
Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan antara lain :
Menginfentalisir kelemahan- kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.
Menyusun rencana perbaikan pembelajaran
Menyiapkan bahan pembelajaran
Tahap Pelaksanaan
Kegiatan Awal
Apersepsi : tanya jawab materi yang akan diajarkan
Kegiatan Inti
Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada peserta didik
Guru membagikan LKS kepada siswa serta menjelaskan cara mengerjakannya.
Siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan
Laporan diskusi kelompok
Pajangan / presentase
Kegiatan Akhir
Memberikan pekerjaan rumah
Tahap Observasi
Pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan oleh peneliti, maka observasi oleh supervisor I dan supervisor II untuk menilai pelaksanaan perbaikan pembelajaran serta peneliti mengadakan pengamatan terhadap peserta didik berdasarkan format pengamatan.
Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II, hasil yang dicapai adalah terjadinya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil kerja kelompok dan individu yang diperoleh dari siswa yaitu data observasi atau pengamatan dengan nilai rata-rata 70 dan data nilai tes rata-rata 79. Sehingga disimpulkan bahwa dengan menggunakan media pembelajaran lipatan kertas bekas dalam pengenalan pecahan sederhana dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas III dalam memahami materi yang diajarkan.
Teknik Pengumpulan Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif, dimana data yang diperoleh dan dirampung dalam setiap siklus dianalisis dalam bentuk tahapan-tahapan sebagai berikut :
Reduksi Data
Peneliti melakukan penyederhanaan data mentah dari setiap siklus dengan membuat fokus dan klasifikasi
Hasil Tahapan
Tahapan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik agar memudahkan dalam membaca
Mengumpulkan Data Sajian dari Hasil Analisis
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Penelitian tidakan kelas yang dilaksanakan berdasarkan rencana perbaikan pembelajaran dan hasil yang diperoleh berupa hasil observasi dan analisis hasil belajar siswa pada setiap siklus, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Pra Siklus
Tabel 1
Lembar Observasi Kerja Siswa
No Nama Siswa Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata
Keaktifan Kemandirian Hasil Kerja
1 Milus P. Maiten 50 50 50 150 50
2 Susiyanti Mauko 55 50 55 160 53
3 Robinson Kapomai 60 50 50 160 53
4 Sinaiti K. Famani 60 40 50 150 50
5 Putri R. Molina 50 50 50 150 50
6 Jitro S. Nino 60 50 40 150 50
7 Andi E. Lasimai 55 50 60 165 55
8 Putrawan Hyetingkay 50 50 50 150 50
9 Jhon B. Maiten 60 40 50 150 50
10 Aulia K. Bekako 50 50 50 150 50
Jumlah 560 480 505 1535 511
Rata – Rata Kelas 56 48 50,5 153,5 51,1
Keterangan :
Rentang Nilai dan Penilaian
Rentang Nilai
85 – 100 = Sangat Baik
70 – 84 = Baik
55 – 69 = Cukup
30 – 54 = Kurang
0 – 29 = Kurang Sekali
Penilaian
Nilai rata-rata siswa : (Jumlah Perolehan)/(Aspek Penilain)
nilai rata-rata kelas : (Jumlah Nilai Perolehan)/(Jumlah Siswa)
Tabel 2
Hasil Analisis Belajar
No Nama Siswa Nomor Soal Jumlah Nilai Rata-Rata
1 2 3 4 5
1 Milus P. Maiten 80 70 60 30 30 270 54
2 Susiyanti Mauko 70 70 50 50 30 270 54
3 Robinson Kapomai 70 60 40 40 40 250 50
4 Sinaiti K. Famani 80 60 40 40 40 250 50
5 Putri R. Molina 60 60 60 40 30 250 50
6 Jitro S. Nino 70 70 60 50 20 270 54
7 Andi E. Lasimai 60 60 60 60 30 270 54
8 Putrawan Hyetingkay 70 60 60 40 20 250 50
9 Jhon B. Maiten 60 60 60 40 40 260 52
10 Aulia K. Bekako 70 70 70 50 30 290 58
Jumlah 690 640 560 440 310 2630 526
Rata – Rata Kelas 69 64 56 44 31 263 52,6
Keterangan :
Jumlah soal 5 nomor. Jumlah skor maksimal 300
Nilai rata-rata = (Skor Perolehan)/(Jumlah Skor)
Tabel 3.
Analisis Ketuntasan Pra Siklus
No Nama Siswa Nilai Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Milus P. Maiten 54
2 Susiyanti Mauko 54
3 Robinson Kapomai 50
4 Sinaiti K. Famani 50
5 Putri R. Molina 50
6 Jitro S. Nino 54
7 Andi E. Lasimai 54
8 Putrawan Hyetingkay 50
9 Jhon B. Maiten 52
10 Aulia K. Bekako 58
Jumlah Nilai 5.038
Nilai Tertinggi 58
Nilai Terendah 50
Rata - Rata 52,3
Berdasarkan hasil observasi dan analisis, hasil belajar siswa diatas maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas yang berorientasi pada upaya meningkatkan pemahaman siswa, karena semua siswa belum memahami materi yang diajarkan.
Siklus I
Tabel 4
Lembar Observasi Kerja Siswa
No Nama Siswa Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata
Keaktifan Kemandirian Hasil Kerja
1 Milus P. Maiten 65 60 60 185 61,66
2 Susiyanti Mauko 60 60 60 180 60
3 Robinson Kapomai 70 60 60 190 63,33
4 Sinaiti K. Famani 70 60 65 195 65
5 Putri R. Molina 70 60 60 190 63,33
6 Jitro S. Nino 75 65 65 205 68,33
7 Andi E. Lasimai 65 60 65 190 63,33
8 Putrawan Hyetingkay 70 65 65 200 66,66
9 Jhon B. Maiten 65 65 65 195 65
10 Aulia K. Bekako 60 60 60 180 60
Jumlah 670 615 625 1913 636,64
Rata – Rata Kelas 67 61,5 62,5 191,3 63,66
Keterangan :
Rentang Nilai dan Penilaian
Rentang Nilai
85 – 100 = Sangat Baik
70 – 84 = Baik
55 – 69 = Cukup
30 – 54 = Kurang
0 – 29 = Kurang Sekali
Penilaian
Nilai rata-rata siswa : (Jumlah Perolehan)/(Aspek Penilaian)
Nilai rata-rata kelas : (Jumlah Nilai Perolehan)/(Jumlah Siswa)
Tabel 5
Hasil Analisis Belajar
No Nama Siswa Nomor Soal Jumlah Nilai Rata-Rata
1 2 3 4 5
1 Milus P. Maiten 75 75 60 70 60 340 68
2 Susiyanti Mauko 75 75 50 70 60 330 66
3 Robinson Kapomai 75 60 40 50 70 295 59
4 Sinaiti K. Famani 75 75 40 50 60 300 60
5 Putri R. Molina 75 75 60 50 60 320 64
6 Jitro S. Nino 75 70 60 50 50 305 61
7 Andi E. Lasimai 75 75 60 60 50 320 64
8 Putrawan Hyetingkay 75 75 60 50 50 310 62
9 Jhon B. Maiten 75 70 60 50 65 320 64
10 Aulia K. Bekako 75 70 70 50 60 325 65
Jumlah 750 720 560 550 585 3165 633
Rata – Rata Kelas 75 72 56 55 58,5 316,5 63,3
Keterangan :
Jumlah soal 5 nomor. Jumlah skor maksimal 300
Nilai rata-rata = (Skor Perolehan)/(Jumlah Skor)
Tabel 6
Analisis Ketuntasan Siklus I
No Nama Siswa Nilai Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Milus P. Maiten 68 -
2 Susiyanti Mauko 66 -
3 Robinson Kapomai 59
4 Sinaiti K. Famani 60
5 Putri R. Molina 64
6 Jitro S. Nino 61
7 Andi E. Lasimai 64
8 Putrawan Hyetingkay 62
9 Jhon B. Maiten 64
10 Aulia K. Bekako 65
Jumlah Nilai 633
Nilai Tertinggi 68
Nilai Terendah 59
Rata - Rata 63,3
Berdasarkan hasil observasi dan analisis diketahui bahwa ternyata sebagian besar siswa belum memahami tentang konsep pecahan sederhana secarah utuh, sehingga peneliti masih perlu mengadakan penelitian tindakan kelas siklus II.
Siklus II
Tabel 7
Lembar Observasi Hasil Kerja Siswa
No Nama Siswa Aspek yang Dinilai Jumlah Nilai Nilai Rata-Rata
Keaktifan Kemandirian Hasil Kerja
1 Milus P. Maiten 70 65 70 205 68,33
2 Susiyanti Mauko 75 65 70 210 70
3 Robinson Kapomai 75 70 70 215 71,66
4 Sinaiti K. Famani 70 70 65 205 68,33
5 Putri R. Molina 65 65 65 195 65
6 Jitro S. Nino 75 65 65 205 68,33
7 Andi E. Lasimai 70 70 65 205 68,33
8 Putrawan Hyetingkay 65 65 65 195 65
9 Jhon B. Maiten 75 70 65 210 70
10 Aulia K. Bekako 65 65 65 195 65
Jumlah 705 670 665 2040 680
Rata – Rata Kelas 70,5 67 66,5 204 68
Keterangan :
Rentang Nilai dan Penilaian
Rentang Nilai
85 – 100 = Sangat Baik
70 – 84 = Baik
55 – 69 = Cukup
30 – 54 = Kurang
0 – 29 = Kurang Sekali
Penilaian
Nilai rata-rata siswa : (Jumlah Perolehan)/(Aspek Penilaian)
Nilai rata-rata kelas : (Jumlah Nilai Perolehan)/(Jumlah Siswa)
Tabel 8
Hasil Analisis Belajar
No Nama Siswa Nomor Soal Jumlah Nilai Rata-Rata
1 2 3 4 5
1 Milus P. Maiten 100 80 70 65 50 365 73
2 Susiyanti Mauko 100 100 75 50 50 375 75
3 Robinson Kapomai 90 90 85 70 50 385 77
4 Sinaiti K. Famani 75 75 70 65 50 335 67
5 Putri R. Molina 100 100 100 65 60 425 85
6 Jitro S. Nino 100 70 70 55 60 355 71
7 Andi E. Lasimai 100 100 75 60 50 385 77
8 Putrawan Hyetingkay 95 100 60 55 50 360 72
9 Jhon B. Maiten 75 100 65 55 65 360 72
10 Aulia K. Bekako 100 100 70 65 60 395 79
Jumlah 935 915 740 605 545 3740 748
Rata – Rata Kelas 93,5 91,5 74 60,5 54,5 374 74,8
Keterangan :
Jumlah soal 5 nomor. Jumlah skor maksimal 300
Nilai rata-rata = (Skor Perolehan)/(Jumlah Skor)
Tabel 9
Analisis Ketuntasan Belajar
No Nama Siswa Nilai Keterangan
Tuntas Tidak Tuntas
1 Milus P. Maiten 73
2 Susiyanti Mauko 75
3 Robinson Kapomai 77
4 Sinaiti K. Famani 67
5 Putri R. Molina 85
6 Jitro S. Nino 71
7 Andi E. Lasimai 77
8 Putrawan Hyetingkay 72
9 Jhon B. Maiten 72
10 Aulia K. Bekako 79
Jumlah Nilai 748
Nilai Tertinggi 85
Nilai Terendah 67
Rata - Rata 74,8
Berdasarkan hasil observasi dan analisis ternyata 10 ( sepuluh ) siswa di kelas III seluruhnya telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran matematika tentang “ Pengenalan Pecahan Sederhana, sehingga peneliti tidak lagi mengadakan penelitian tindak lanjut pada siklus berikutnya.
Berdasarkan data pada masing-masing siklus diatas maka disimpulkan dari hasil penilitian dalam tabel dibawah ini.
No Nama siswa Hasil Belajar Prasiklus Nilai Hasil Siklus I Perbaikan Siklus II Ket
1. Milus P. Maiten 54 68 73
2. Susiyanti Mauko 54 66 75
3. Robinson Kapomai 50 59 77
4. Sinaiti K. Famani 50 60 67
5. Putri R. Molina 50 64 85
6. Jitro S. Nino 54 61 71
7. Andi E. Lasimai 54 64 77
8. Putrawan Hyetingkay 50 62 72
9. Jhon B. Maiten 52 64 72
10. Aulia K. Bekako 58 65 79
Jumlah 526 633 748
Rata-rata 52,6 63,3 74,8
Dari rangkuman hasil belajar siswa pada prasiklus, siklus I, dan siklus II ternyata pada siklus I belum semua siswa mencapai ketentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu 65, sehingga peniliti berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III dengan melaksanakan penilitian tindakan kelas siklus I dan hasilnya juga belum memuaskan dan belum sesuai dengan ketentuan KKM maka demi peningkata pemahaman siswa dalam mengenal pecahan sederhana dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Sesuai hasil rekapan perkembngan belajar pada siklus II telah menunjukan peningkatan pemahaman yang signifikan terhadap materi yang diajarkan, yaitu pengenalan pecahan sederhana.
Tabel 10
Perbandingan hasil belajar siswa pada Siklus I dan Siklus II
No Nama Siswa Siklus I Siklus II Perbandingan Nilai Rata-Rata Ket
1. Milus P. Maiten 68 73 5
2. Susiyanti Mauko 66 75 9
3. Robinson Kapomai 59 77 18
4. Sinaiti K. Famani 60 67 7
5. Putri R. Molina 64 85 21
6. Jitro S. Nino 61 71 10
7. Andi E. Lasimai 64 77 13
8. Putrawan Hyetingkay 62 72 10
9. Jhon B. Maiten 64 72 8
10. Aulia K. Bekako 65 79 14
Jumlah 633 748 115
Rata-rata 63,3 74,8 11,5
Berdasarkan perbandingan perbaikan pembelajaran pada tabel diatas menunjukan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan, dimana hasil analisis nilai pembelajaran pada siklus I, 63,3% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 74,8% pada materi pengenalan pecahan sederhana.
Pembahasan Hasil Penilitian
Siklus I
Dengan adanya perbaikan pembelajaran pada siklus I, hasil yang dicapai adalah belum adanya peningkatan penguasaan materi pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbaikan pembelajaran pada siklus I dengan nilai rata-ratanya 63,3% sehingga belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pejaran Matematika yang ditetapkan oleh sekolah. Dari perolehan nilai rata-rata pada siklus I diatas beserta hasil observasi dan analisisnya dijadikan rujukan untuk merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Siklus II
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II, hasil yang dicapai pada siklus II terjadi peningkatan penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II yakni mencapi nilai rata-rata kelas 74,8%.
Dari gambaran hasil pembelajaran pada siklus I, dan siklus II maka disimpulkan bahwa penggunaan lipatan kertas bekas dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas III dalam mempelajari mata pelajaran Matematika tentang pecahan sederhana.
Berdasarkan hasil penilitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan dalam bentuk diagram dibawah ini.
Diagram Pembelajaran
SIMPULAN, SARAN, DAN TINDAK LANJUT
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran melalui lipatan kertas bekas dapat meningkatkan pemahaman dan siswa dapat mengenal pecahan sederhana pada mata pelajaran Matematika di kelas III.
Saran dan Tindak Lanjut
Agar pebelajaran di kelas lebih efektif dan efisien sesuai kriteria Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) maka guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Guru harus mempersiapkan bahan ajar yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan baik.
Guru harus mempersiapkan diri dalam menguasai materi pelajaran dengan baik sebelum menyampaikan kepada peserta didik.
Guru harus dapat menggunakan media pembelajaran dalam penanaman konsep sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan.
Guru harus dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
TIM – FKIP UT. (2013). Pemantapan Kemampuan Profesionalan
(PKP) – PGSD. Jakarta : Universitas Terbuka
Sukiman, dkk. (2010). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Insan Cendekia
Kurnianto. (2006). Belajar Praktis Sekolah Dasar
Surakarta. Kurikulum 2006
Karso,dkk. (2011). Pendidikan Matematika I.
Jakarta : Universitas Terbuka
Muhsetyo Gatot,dkk. (2013). Pembelajaran Matematika SD.
Jakarata : Universitas Terbuka
Tim Bina Karya Guru. (2006). Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas III. Erlangga
Undang – undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Berdasarkan data pada masing-masing siklus diatas maka disimpulkan dari hasil penilitian dalam tabel dibawah ini.
No Nama siswa Hasil Belajar Prasiklus Nilai Hasil Siklus I Perbaikan Siklus II Ket
1. Milus P. Maiten 54 68 73
2. Susiyanti Mauko 54 66 75
3. Robinson Kapomai 50 59 77
4. Sinaiti K. Famani 50 60 67
5. Putri R. Molina 50 64 85
6. Jitro S. Nino 54 61 71
7. Andi E. Lasimai 54 64 77
8. Putrawan Hyetingkay 50 62 72
9. Jhon B. Maiten 52 64 72
10. Aulia K. Bekako 58 65 79
Jumlah 526 633 748
Rata-rata 52,6 63,3 74,8
Dari rangkuman hasil belajar siswa pada prasiklus, siklus I, dan siklus II ternyata pada siklus I belum semua siswa mencapai ketentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu 65, sehingga peniliti berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III dengan melaksanakan penilitian tindakan kelas siklus I dan hasilnya juga belum memuaskan dan belum sesuai dengan ketentuan KKM maka demi peningkata pemahaman siswa dalam mengenal pecahan sederhana dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Sesuai hasil rekapan perkembngan belajar pada siklus II telah menunjukan peningkatan pemahaman yang signifikan terhadap materi yang diajarkan, yaitu pengenalan pecahan sederhana.
Tabel 10
Perbandingan hasil belajar siswa pada Siklus I dan Siklus II
No Nama Siswa Siklus I Siklus II Perbandingan Nilai Rata-Rata Ket
1. Milus P. Maiten 68 73 5
2. Susiyanti Mauko 66 75 9
3. Robinson Kapomai 59 77 18
4. Sinaiti K. Famani 60 67 7
5. Putri R. Molina 64 85 21
6. Jitro S. Nino 61 71 10
7. Andi E. Lasimai 64 77 13
8. Putrawan Hyetingkay 62 72 10
9. Jhon B. Maiten 64 72 8
10. Aulia K. Bekako 65 79 14
Jumlah 633 748 115
Rata-rata 63,3 74,8 11,5
Berdasarkan perbandingan perbaikan pembelajaran pada tabel diatas menunjukan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan, dimana hasil analisis nilai pembelajaran pada siklus I, 63,3% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 74,8% pada materi pengenalan pecahan sederhana.
Pembahasan Hasil Penilitian
Siklus I
Dengan adanya perbaikan pembelajaran pada siklus I, hasil yang dicapai adalah belum adanya peningkatan penguasaan materi pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbaikan pembelajaran pada siklus I dengan nilai rata-ratanya 63,3% sehingga belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pejaran Matematika yang ditetapkan oleh sekolah. Dari perolehan nilai rata-rata pada siklus I diatas beserta hasil observasi dan analisisnya dijadikan rujukan untuk merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
Siklus II
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II, hasil yang dicapai pada siklus II terjadi peningkatan penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II yakni mencapi nilai rata-rata kelas 74,8%.
Dari gambaran hasil pembelajaran pada siklus I, dan siklus II maka disimpulkan bahwa penggunaan lipatan kertas bekas dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas III dalam mempelajari mata pelajaran Matematika tentang pecahan sederhana.
Berdasarkan hasil penilitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan dalam bentuk diagram dibawah ini.
Diagram Pembelajaran
SIMPULAN, SARAN, DAN TINDAK LANJUT
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran melalui lipatan kertas bekas dapat meningkatkan pemahaman dan siswa dapat mengenal pecahan sederhana pada mata pelajaran Matematika di kelas III.
Saran dan Tindak Lanjut
Agar pebelajaran di kelas lebih efektif dan efisien sesuai kriteria Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) maka guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
Guru harus mempersiapkan bahan ajar yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan baik.
Guru harus mempersiapkan diri dalam menguasai materi pelajaran dengan baik sebelum menyampaikan kepada peserta didik.
Guru harus dapat menggunakan media pembelajaran dalam penanaman konsep sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan.
Guru harus dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
TIM – FKIP UT. (2013). Pemantapan Kemampuan Profesionalan
(PKP) – PGSD. Jakarta : Universitas Terbuka
Sukiman, dkk. (2010). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta : Insan Cendekia
Kurnianto. (2006). Belajar Praktis Sekolah Dasar
Surakarta. Kurikulum 2006
Karso,dkk. (2011). Pendidikan Matematika I.
Jakarta : Universitas Terbuka
Muhsetyo Gatot,dkk. (2013). Pembelajaran Matematika SD.
Jakarata : Universitas Terbuka
Tim Bina Karya Guru. (2006). Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas III. Erlangga
Undang – undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.