Selamat Datang di Blog Mau Pintar

SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANAKU

Minggu, 25 Mei 2014

Makalah Sejarah "Organisasi Perhimpunan Pemuda Indonesia dan Sarekat Islam"



MAKALAH TENTANG

ORGANISASI PERHIMPUNAN PEMUDA INDONESIA

DAN

SAREKAT ISLAM





       

















Disusun Oleh

KELOMPOK II

1.      MARIAM KAFOLATA

2.      MARIAM KARMAKANI

3.      MARTA MANIMALAY

4.      MARTA KOLIMO

5.      MARTINUS BRIKMAR

6.      MEGI ATAKARI







SMA NEGERI 01 ABAD

2014

KATA PENGANTAR


Puji Tuhan yang telah memberikan rahmat, karunia dan hidayahNya kepada kita semua sehingga akhirnya tugas makalah ini dapat terselesaikan dengan baik.
 Tugas makalah yang diberi judul SEJARAH BERDIRINYA PERHIMPUNAN INDONESIA DAN SAREKAT ISLAM ini ialah suatu makalah yang disusun sebagai syarat untu mengikuti ujian Mata Pelajaran Sejarah.
Penyusun makalah ini tak lepas dari dukungan dan bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah banyak membantu,baik selama penyusunan tugas ini maupun di luar itu.
Semoga Tuhan selalu mencurahkan rahmat dan karunia-Nya serta keridhoan-Nya kepada kita semua , amin.
Penyusun menyadari bahwa tugas makalah ini masih banyak memiliki kekurangan. Oleh karena itu segala saran dan kritik yang membangun , penyusun harapkan untuk kemajuan masa-masa mendatang.
Harapan penulis semoga penyusun makalah ini dapat diambil manfaatnya oleh pembaca.
                                                                               Alor,  MEI 2014
                                                                                                                                                                                                         Penyusun

                                                                                  






Daftar Isi

Halaman Judul...........................................................................i 
Kata Pengantar ..............................................................................ii
1.      Daftar Isi .............................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................... 1
A.    Latar Belakang ............................................................................. 1
B.     Rumusan Masalah ......................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ...................................................................... 3
2.1  Pembentukan Organisasi Perhimpunan Indonesia............................ 3
2.2  Pelopor Pergerakan ........................................................4

BAB III PENUTUP ............................................................................ 8
3.1. Kesimpulan  ............................................................................. 8
3.2 Saran .................................................................................. 8

Daftar Pustaka            



BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Latar Belakang Lahirnya Pergerakan Nasional Indonesia Lahirnya pegerakan pasional Indonesia tidak terlepas dari peristiwa-peristiwa di Benua Asia saat itu.
a. Faktor Intern
1.          Adanya penjajahan yang mengakibatkan penderitaan dan kesengsaraan sehingga menimbulkan tekad untuk menentangnya.
2.         Adanya kenangan akan kejayaan masa lampau, seperti zaman Sriwijaya dan Majapahit.
3.         Munculnya kaum intelektual yang kemudian menjadi pemimpin pergerakan nasional.

b. Faktor Ekstern
4.        Adanya All Indian National Congress 1885 dan Gandhiisme di India.
5.        Adanya Gerakan Turki Muda 1908 di Turki.
6.        Adanya kemenangan Jepang atas Rusia (1905) menyadarkan dan membangkitkan bangsa-bangsa Asia untuk melawan bangsa-bangsa Barat.
7.        Munculnya paham-paham baru di Eropa dan Amerika yang masuk ke Indonesia, seperti liberalisme, demokrasi, dan nasionalisme mempercepat  timbulnya nasionalisme Indonesia.
      Rasa jenuh akan penjajahan yang tidak kunjung selesai mengakibatkan muncul berbagai organisasi yang timbul karena adanya keinginan serta semangat yang tumbuh dengan seiring berjalannya waktu dari para terpelajar, dan rakyat biasa pun juga ikut mengambil andil di dalamnya. Organisasi-organisasi ini bergerak dibidang sosial, politik, pendidikan dan lai-lain. Sarekat Dagang Islam (SDI) termasuk diantara organisasi yang muncul dan tumbuh berkat tangan para  terpelajar yang di dalamnya. Tak berapa lama SDI bertransformasi atau berganti nama menjadi Sarekat Islam (SI) dan menghilangkan dagang karena organisasi ini ingin memahamkan umat Islam Indonesia dalam segala bidang bukan saja dalam bidang ekonomi saja.
      Sarekat Islam merupakan gerakan pembaharuan Islam, serta mengharapkan akan dapat memecahkan segala problema yang dihadapi umat Islam Indonesia. Dalam makalah ini akan membahas sedikit tentang SI, organisasi yang pertama berdiri hanya bergerak di bidang ekonomi dan seiring berjalannya waktu menambah pergerakannya menjadi di berbagai bidang.
   
B.     RUMUSAN MASALAH
I.                   Bagaimana sejarah terbentuknya Perhimpunan Indonesia?
Perhimpunan Indonesia didirikan tahun 1908 oleh mahasiswamahasiswa Indonesia yang belajar di negeri Belanda. Mereka antara lain: R.P Sosrokartono, R. Hoesein Djajadiningrat, R.N Notosuroto, Notodiningrat, Sutan Kasyayangan Saripada, Sumitro Kolopaking, dan Apituley. Pada mulanya Perhimpunan Indonesia bernama Indische Vereeniging.
Kegiatannya pada mulanya hanya terbatas pada penyelenggaraan pertemuan sosial dan para anggota ditambah dengan sekali-sekali mengadakan pertemuan dengan orang-orang Belanda yang banyak memperhatikan masalah Indonesia, antara lain: Mr. Abenendanon, Mr. van Deventer, dan Dr. Snouck Hurgronye.
Kedatangan 3 tokoh Indische Partiij ke negeri Belanda yang dibuang oleh pemerintah kolonial (Cipto Mangunkusumo, R. M Suwardi Suryaningrat, E.F.E. Douwes Dekker) segera mengubah suasana dan semangat Indische Vereeniging. Tokoh IP tersebut membawa suasana politik ke dalam pikiran tokoh-tokoh Indische Vereeniging.
Udara politik itu lebih segar lagi setelah datangnya Comite Indie Weerbaar (Panitia Ketahanan Hindia Belanda) yang dibentuk oleh pemerintah kolonial, sebagai usaha untuk mempertahankan Indonesia dari ancaman Perang Dunia I. Panitia ini terdiri atas R.Ng. Dwijosewojo (BU), Abdul Muis (SI), dan Kolonel RheMrev, seorang Indo-Belanda. Kedatangan tokoh-tokoh IP dan Comite Indie Weerbaar tersebut, memberikan dimensi pikiran baru bagi para mahasiswa Indonesia di negeri Belanda.
Mereka bukan hanya dapat menuntut ilmu, tetapi juga harus memikirkan bagaimana dapat memperbaiki nasib bangsanya sendiri. Pada tahun 1912 Indische Vereeniging berganti nama menjadi Indonesische Vereeniging dan akhirnya diubah lagi menjadi Perhimpunan Indonesia (1924). Dengan perubahan itu, terjadi pula perubahan dasar pikiran dan orientasi dalam pergerakan mereka. Majalah mereka berganti nama menjadi Indonesia Merdeka (1924). Terjadilah pergeseran cara berpikir dan gerakan yang radikal, dengan tegas mereka menginginkan Indonesia merdeka.
Perhimpunan Indonesia semakin tegas bergerak memasuki bidang politik, terlihat dari asasnya yang dimuat dalam majalah Hindia Poetra, Maret 1923, yaitu “Mengusahakan suatu pemerintahan untuk Indonesia yang bertanggungjawab hanya kepada rakyat Indonesia semata-mata”. Hal yang demikian itu hanya dapat dicapai oleh orang Indonesia sendiri, bukan dengan pertolongan siapapun juga. Oleh karena itu, segala jenis perpecahan harus dihindarkan, supaya tujuan lekas tercapai.




BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Pembentukan Organisasi Pergerakan Nasional
Sejak kedatangan bangsa-bangsa Eropa ke wilayah Nusantara pada abad ke-16, bangsa Indonesia telah mengadakan perlawanan. Namun segala bentuk perlawanan yang dilakukan tersebut selalu mengalami kegagalan. Adapun faktor penyebab gagalnya perjuangan bangsa Indonesia dalam mengusir penjajah adalah:
a.       Perjuangan bersifat kedaerahan.
b.      Perlawanan tidak dilakukan secara serentak.
c.       Masih tergantung pimpinan (jika pemimpin tertangkap, perlawanan terhenti).
d.      Kalah dalam persenjataan.
e.       Belanda menerapkan politik adu domba (devide et impera).

Berdasarkan pengalaman tersebut, kaum terpelajar ingin berjuang dengan cara yang lebih modern yaitu menggunakan kekuatan organisasi. Pada tanggal 20 Mei 1908 kaum terpelajar mendirikan wadah perjuangan yang dikenal dengan Budi Utomo. Lahirnya Budi Utomo ini kemudian diikuti oleh lahirnya organisasi-organisasi sosial, ekonomi, dan politik yang lain. Lahirnya organisasi-organisasi tersebut menandai lahirnya masa pergerakan nasional. Pergerakan nasional ini mempunyai ciri-ciri yang berbeda dengan pergerakan bangsa Indonesia sebelumnya. Pergerakan nasional setelah tahun 1908 mempunyai ciri-ciri sebagai berikut.
a.       Pergerakan bersifat kebangsaan (nasional).
b.      Pergerakan menggunakan sistem organisasi yang modern dan demokratis, serta tidak terpusat pada pimpinan.
c.       Pergerakan didirikan oleh kaum terpelajar yang memiliki pandangan luas dan jauh ke depan.
d.      Bentuk perjuangan tidak bersifat fisik, melainkan gerak sosial,ekonomi, dan pendidikan.
Adapun laju pergerakan nasional Indonesia disebabkan oleh faktor dari dalam negeri maupun dari luar negeri.
1.                  Faktor dari dalam negeri
Faktor-faktor yang mendorong pergerakan nasional yang muncul dari bangsa sendiri di antaranya adalah:
a.       penderitaan yang berkepanjangan,
b.      lahirnya golongan cendikiawan, dan
c.       kenangan kejayaan masa lampau yang pernah dialami bangsa Indonesia pada zaman Sriwijaya dan Majapahit.
2.                  Faktor dari luar negeri
Faktor yang berpengaruh terhadap munculnya pergerakan nasional Indonesia yang berasal dari luar negeri adalah:
a.       kemenangan Jepang atas Rusia 1905,
b.      kebangkitan nasional negara-negara tetangga seperti India dan Filipina,
c.       pengaruh masuknya paham-paham baru seperti nasionalisme dan demokrasi.
2.2. Pelopor Pergerakan
2.2.1.           Sarekat Islam
Pergerakan ini pada mulanya bernama Sarekat Dagang Islam (SDI) yang didirikan oleh Haji Samanhudi di Surakarta pada tahun 1911. Tujuannya adalah memperkuat persatuan pedagang pribumi agar mampu bersaing dengan pedagang asing terutama pedagang Cina. Namun pada tanggal 10 September 1912 SDI diubah menjadi Sarekat Islam (SI). Tujuan pergantian nama ini didasarkan atas pertimbanganpertimbangan sebagai berikut:
a.       Ruang gerak pergerakan ini lebih luas, tidak terbatas dalam masalah perdagangan melainkan juga bidang pendidikan dan politik.
b.      Anggota pergerakan ini tidak hanya terbatas dari kaum pedagang, tetapi kaum Islam pada umumnya.
Sarekat Islam adalah organisasi yang bercorak sosial, ekonomi, pendidikan, dan keagamaan, namun dalam perkembangannya Sarekat Islam juga bergerak di bidang politik. Sarekat Islam tumbuh sebagai organisasi massa terbesar pertama kali di Indonesia. Pada tanggal 20 Januari 1913 Sarekat Islam mengadakan kongres yang pertama di Surabaya. Dalam kongres ini diambil keputusan bahwa:
a.       Sarekat Islam bukan partai politik dan tidak akan melawan pemerintah Hindia Belanda.
b.      Surabaya ditetapkan sebagai pusat SI.
c.       HOS Tjokroaminoto dipilih sebagai ketua.
d.      Kongres pertama ini dilanjutkan kongres yang kedua di Surakarta yang menegaskan bahwa SI hanya terbuka bagi rakyat biasa. Para pegawai pemerintah tidak boleh menjadi anggota SI karena dipandang tidak dapat menyalurkan aspirasi rakyat.
Pada tanggal 17-24 Juni 1916 diadakan kongres Sarekat Islam yang ketiga di Bandung. Dalam kongres ini Sarekat Islam sudah mulai melontarkan pernyataan politiknya. Sarekat Islam bercita-cita menyatukan seluruh penduduk Indonesia sebagai suatu bangsa yang berdaulat (merdeka). Tahun 1917 SI mengadakan kongres yang keempat di Jakarta.
Dalam kongres ini Sarekat Islam menegaskan ingin memperoleh pemerintahan sendiri (kemerdekaan). Dalam kongres ini Sarekat Islam mendesak pemerintah agar membentuk Dewan Perwakilan Rakyat (Volksraad). SI mencalonkan H.O.S. Tjokroaminoto dan Abdul Muis sebagai wakilnya di Volksraad. Antara tahun 1917–1920 perkembangan Sarekat Islam sangat terasa pengaruhnya dalam dunia politik di Indonesia. Corak demokratis dan kesiapan untuk berjuang yang dikedepankan Sarekat Islam, ternyata dimanfaatkan oleh tokoh-tokoh sosialis untuk mengembangkan ajaran Marxis. Bahkan beberapa pimpinan Sarekat Islam menjadi pelopor ajaran Marxis (sosialis) di Indonesia dan berhasil menghasut sebagian anggota Sarekat Islam. Pemimpin-pemimpin Sarekat Islam yang merupakan pelopor ajaran Marxis (sosialis) di antaranya Semaun dan Darsono. Sebagai akibat masuknya paham sosialis ke tubuh Sarekat Islam yang dibawa Sneevliet melalui Semaun CS, pada tahun 1921 SI pecah menjadi dua:
1.      SI sayap kanan atau SI Sayap putih
SI ini tetap berlandaskan nasionalisme dan keislaman. Tokohnya HOS Cokroaminoto dan H. Agus Salim serta Surya Pranoto. Pusatnya di Jogjakarta.
2.       SI sayap kiri atau SI sayap merah
Sarekat Islam ini berhalauan sosialis kiri (komunis) yang nantinya menjadi PKI. Tokohnya Semaun. Adapun pusatnya di Semarang.
Pada Kongres nasional SI ketujuh di Madiun tahun 1923 SI diganti menjadi PSI atau Partai Sarekat Islam. Tujuannya untuk menghapus kesan SI dari pengaruh sosialisme kiri. Tahun 1927 merupakan than terakhir dari masa transisi PSI untuk menciftakan struktur partai yang kuat. Pada tahun 1928 dan 1929 pemimpin-pemimpin PSI merasa khawatir atas dominasi Partai Nasional Indonesia (PNI) dalam gelanggang politik.
PSI yang merupakan badan Federasi PPPKI, lambat laun merasa tidak senang terhadap Federasi tersebut. Dalam kongres PPPKI di Solo pada akhir bulan Desember 1929 Muhammad Husni Thamrin menyatakan sangat keberatan atas sikap PSI cabang Batavia yang menolak ikut serta dalam rapat-rapat protes PPPKI terhada poenale sanctie yang dilaksanakan pada bulan Desember 1929. Menanggapi kritik itu PSI mengancam keluar dari PPPKI. Kemudian, salah satu keputusan hasil kongres PSI tahun 1930 adalah mengubah nama partai menjadi Partai Serikat Islam Indonesia (PSII). Perubahan itu dilakukan untuk menunjukkan, seperti juga partai-partai lainya, sama berbaktinya terhadap pembentukan negara kesatuan Indonesia.
Karena semakinkurangnya pengaruh PSI diakibatkan adanya persaingan politik dari pihak lain, sehingga pada tanggal 24-27 Januari 1930, pada kongres PSI ke-17 memutuskan pembaruan organisasi. Pada tingkat pusat partai dipimin oleh dua badan pengurus yaitu, Dewan Partai dan Majelis Tahkim PSII yang dibentuk oleh kongres dan satu badan eksekutif Lajnah Tanfidziyah PSII yang bertanggung jawab kepada Dewan Partai yng bertanggung jawab dalam masa antara dua kongres.pembagian itu dilakukan karena berkurangnya kesehatan kedua pemimpin Cokroaminoto dan Agus Salim yang waktu itu dianggap tidak dapat digantikan siapapun juga dalam partai. Badan Eksekutif itu sebagai pengurus harian terdiri dari pemimpin-pemimpin departeme-departemen yang juga duduk di Badan Legislatif bersama utusan dari cabang-cabang. Dewan Partai tugasnya mengawasi jalannya azas partai secara tepat dan menyelesaikan semua perselisihan.
Pada akhir tahun 1930 PSII keluar dari PPPKI karena kelompok studi umum di Surabaya kurang menghormati agama Islam; perkumpulan-perkumpulan lain anggota PPPKI selalu bertengkar karena perkumpulan-perkumpulan itu menetang poligami (J.M. Pluvier,op.cit.,hlm.71). pada saat tersebut PSII pecah menjadi beberapa partai kecil.

2.2.2.      Indische Partij
Indische Partij berdiri di Bandung pada tanggal 25 Desember 1912. Pendiri Indische Partij terkenal dengan sebutan tiga serangkai, yaitu Douwes Dekker (ketua), dr. Cipto Mangunkusumo, dan Suwardi Suryaningrat (wakil ketua). Indische Partij adalah organisasi pergerakan nasional Indonesia pertama kali yang terang-terangan bergerak di bidang politik. Tujuan Indische Partij, yaitu menumbuhkan dan meningkatkan nasionalisme untuk memajukan tanah air yang dilandasi jiwa nasional serta mempersiapkan kehidupan rakyat yang merdeka. Dalam program kerjanya ditetapkan langkah-langkah untuk menyukseskan Indische Partij yaitu:
a.       Meresapkan cita-cita kesatuan nasional Indonesia.
b.      Memberantas kesombongan sosial dalam pergaulan, baik dibidang pemerintahan maupun kemasyarakatan.
c.       Memberantas usaha-usaha yang membangkitkan kebencian antara agama yang satu dengan agama yang lain.
d.      Memperbesar pengaruh pro Hindia (Indonesia) di dalam pemerintahan.
e.       Memperbaiki keadaan ekonomi bangsa Indonesia, terutama memperkuat mereka yang ekonominya lemah.
Indische Partij  terdiri diatas dasar nasionalisme yang luas menuju kemerdekaan Indonesia. Indonesia sebagai “National Home” semua orang keturuna Bumiputera, Belanda, Cina, Arab dan sebagainya yang mengakui Indonesia sebagai tanah air dan kebangsaannya. Paham ini pada waktu dahulu dikenal sebagai Indisch nationalisme. Yang kemudian hari melalui perhimpunan Indonesia dan PNI menjadi Indonesich Nationalisme atau Nasionalisme Indonesia. Pasal-pasal ini pulala yang menyatakan Indische Partij sebagai partai politik yang pertama di Indonesia. Bahwa Indische Partij adalah suatu partai yang radikal juga, dinyatakan Douwes Dekker, didirikan partai ini merupakan “penantangan perang dari pihak buadak koloni yang membayar lasting kepada kerajaan penjajah, pemungut pajak.”
Berbeda dengan sikat hati-hati terhadap Budi Utomo dan Serikat Islam pemerintah Hindia Belanda bersikap tegas terhadap Indische Partij. Permohonan yang diajukan kepada Gubernur Jendral untuk mendapat pengakuan sebagai badan hukum pada 4 Mare 1913. Ditolak dengan alasan organisasi ini berdasarkan politik dan mengancam hendak merusak keamanan umum. Juga setelah pihak Indische Partij mengadakan audiensi kepada Gubernur Jenderal dan diubanya pasal kedua dari anggaran dasar, Indische Partij tetap merupakan partai terarang. Ini terjadi pada 11 Maret 1913. Kejadian ini merupakan peringatan keras bagi Indische Partij dan juga partai-partai lain, bahwa kemerdekaan itu tidak dapat diterima sebagai hadiah dari pemerintahan kolonial. Kemerdekaan itu haruslah direbut, ehingga makin jelas perkataan Douwes Dekker setahun sebelumya, bahwa ”pngertian Hindia haruslah dipandang sebagai salah satu dari partai yang bertentangan dengan cita-cita kemerdekaan. Pemerintah yang berkuasa disuatu tanah jajahan, bukanlah pemimpin namanya melainkan penindasan dan penindasan itu adalah musuh yang sebesar-besarnya bagi ksesejahteraan rakyat, lebih berbahaya dari pemberontakan atau gerakan yang meminta perubahan pemerintahan (revolusi).
Karena penulisan sebuah risalah yang berjudul“Als ik een Nederlander was” oleh Suwardi Suryaninggrat pada sehubungan maksud Belanda mengadakan ulang tahun ke-100 kemerdekaan negeri Belanda terhadap Perancis. Pada bulan Agustus 1912, Douwes Dekker, dr. Tjipto Mangunkusumo dan suwardi Suryaninggrat dijatuhi hukuman pembuangan, dan mereka memilih Belanda. Setelah kepergian tiga serangkai membawa pengaruh terhadap Indische Partij yang semakin lama semakin menurun.

BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
            Adanya penjajahan di negeri Indonesia membuat dan memberikan perhatian bagi pahlawan bangsa ini untuk bisa membebaskan bangsa ini dari penjajahan. Salah satu jalan yang ditempuh dalam penggerak kemerdekaan ini adalah melalui organisasi. Organisasi ini antara lain Budi Utom, Serikat Islam, Indische Partij dan lainnya.
            Pergerakan nasional di Indonesia dapat digolongkan ke dalam empat kategori yaitu, pertama, pelopor pergerakan yang antara lain adalah budi utomo, serekat islam dan indische partij. Kedua, Masa Radikal yang antara lain, Perhimpunan Indonesia, Partai Komunis Indonesia, Partai Nasional Indonesia, dan Partindo, PNI-Baru, Gerindo. Ketiga, Gerakan Akhir Masa Hindia Belanda yang terdiri dari Fraksi Nasional, Petisi Sutardjo dan Gabungan Politik Indonesia. Keempat, Gerakan Perempuan dan Pemuda yang terdiri dari gerakan perempuan dan gerakan pemuda.
3.2. saran
            Kemerdekaan ini tidaklah didapat dengan mudah, tidaklah didapat dengan sendir melainkan karena kesatuan rasa bersatu yang terhimpun dalam organisai yang menggerakkan tujuan iti semakin dekat untuk dicapai. Dan bukanlah perihal yang mudah berjuang dalam organisasi yang ikhwalnya pada masa oraganisasi kita berdiri tersebut mendapat pertentengan dari pemerintah kita. Tetapi tidak ada yang tidak mungkin selagi kita bersama, berusaha dan berjuang untuk tujuan mulia, hingga apapun usaha kita tetap akan berbuah, jika tidak dipetik dimasa kita mungkin dimasa setelah kita.












DAFTAR PUSTAKA
Marwati Djoned Poesponegoro  dan Nugroho Notosusanto (2008). Sejarah Nasional Indonesia V. Jakarta : Balai Pustaka
Sudiyo (2004). Perhimpunan Indonesia. Jakarta : kerjasama PT. Bina Adiaksara dengan PT. Rineka Cipta
Sudiyo (2002). Pergerakan nasional. Jakarta : PT. Rineka Cifta
Direktur urusan kepahlawanan (2003). Album pahlawan bangsa. Jakarta : PT. Mutiara Sumber Widya