Selamat Datang di Blog Mau Pintar

SELAMAT DATANG DI BLOG SEDERHANAKU

Minggu, 15 Maret 2015

Contoh Karya Ilmiah

UPAYA MENINGKATKAN PEMEHAMAN SISWA TENTANG
PECAHAN SEDERHANA MELALUI LIPATAN KERTAS BEKAS
PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DIKELAS III SD NEGERI BAUMI
Oleh: APOLINARIS LASIMAI
821950616
apo.lasimai@gmail.com
081344427686

PERSETUJUAN UNGGAH KARYA ILMIAH

Kami yang bertanda tangan dibawah ini, Jermias Bang, S.Pd SD selaku pembimbing karya ilmiah dari mahasiswa :
Nama            : Apolinaris Lasimai
NIM            : 821950614
Program Studi        : S1 PGSD
UPBJJ            : 79/ Kupang

Menyatakan bahwa Karya Ilmiah dari mahasiswa tersebut diatas dengan judul “UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PECAHAN SEDERHANA MELALUI LIPATAN KERTAS BEKAS PADA MATA PELAJARAN METMATIKA DI KELAS III SD NEGERI BAUMI” layak untuk diunggah ke Aplikasi Ilmiah Universitas Terbuka dengan telah memperhatikan ketentuan penulisan Karya Ilmiah sesuai panduan yang telah ditetapkan dan ketentuan anti plagiasi.
Demikian persetujuan ini kami berikan.

Pembimbing


JERMIAS BANG, S.Pd SD

ABSTRAK
Perubahan pembelajaran dalam dunia pendidikan yang terus berkembang dan keabstrakan matematika dengan bahasa simbolnya yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya yang deduktif dapat mempengaruhi pemahaman siswa. Pembelajaran matematika tentang pecahan sederhana dikelas, mengalami kendala yang berdampak pada ketidak tercapaian KKM 65, disebabkan minat belajar siswa dan penggunaan strategi pembelajaran matematika yang belum tepat sesuai kriteria PAIKEM. Alternatif yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yaitu, melalui media kertas bekas. Dengan tujuan, untuk mengetahui implementasi pengenalan pecahan sederhana; mengetahui respon siswa dalam pembelajaran; meningkatkan prestasi belajar siswa. Pengenalan pecahan sederhana melalui kertas bekas ini berlangsung di kelas III SD Negeri Baumi, jumlah peserta didik 10 orang terdiri dari laki- laki 6 orang dan perempuan 4 orang dengan tahapan waktu pra siklus hari rabu 30 Januari 2014 pukul 07.30 – 08.05; siklus I hari rabu 21 Mei 2014 pukul 07.30 – 08.05; dan siklus II hari jumat 30 Mei 2014 pukul 09.45 – 10.25. Hasil yang diperoleh dalam tahapan perbaikan pembelajaran meningkat dengan perolehan nilai rata- rata kelas 53,3 berubah ke 63,3 dan berubah lagi menjadi 74, 8, dengan selisih peningkatan 11%. Dari hasil penelitian membuktikan bahwa dengan penggunaan media lipatan kertas bekas dapat meningkatkan pemahaman siswa.


Kata kunci : Media, Pembelajaran, Matematika.
 
PENDAHULUAN
    Latar Belakang
Gerakan atau reformasi pembelajaran di sekolah yang terus terjadi dan mengalir dari waktu ke waktu sesuai keberadaan teori belajar, psikologi belajar dan filsafat pendidikan yang member warna dan arah perubahan dalam memposisikan guru dan peserta didik, sehingga membuat banyak kalangan pelajar menganggap belajar adalah aktifitas yang tidak menyenangkan dimana duduk berjam-jam dengan mencurahkan pikiran dan perhatian terhadap suatu materi pokok sesuai standar kompetensi yang sedang dipelajari.
Mata pelajaran Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang sukar dan sulit dipahami oleh anak- anak usia SD kelas Tematik, yang mana tingkat berpikirnya masih relatif rendah dan ditambah keanekaragaman intelegensi peserta didik sesuai ranah kongnitif, afektif dan psikomotorik yang dimiliki pemahaman ini tentu menjadi kendala tersendiri bagi pendidik dalam menyampaikan materi ajar. Oleh karena itu, guru mata pelajaran Matematika dituntut dengan berbagai keterampilan dalam merencanakan, menyiapkan atau menyusun dan menyampaikan materi ajar serta media pembelajaran yang berkaitan dengan pokok bahasan pecahan sederhana di kelas III SD.
Matematika mempunyai ciri- ciri khusus antara lain : Abstrak, Deduktif, Konsisten, Hierakis dan Logis. Soedjadi (1999) mengatakan bahwa keabstrahan matematika karena objek dasarnya abstrak, yaitu fakta, konsep, operasi, dan prinsip. Ciri keabstrakan matematika beserta ciri lainnya yang tidak sederhana menyebabkan matematika tidak mudah untuk dipelajari sehingga banyak siswa tidak tertarik pada pembelajaran matematika.
Dari gagasan diatas dan berkaitan langsung dengan materi ajar, pecahan sederhana dan operasinya merupakan konsep pecahan sederhana dan operasinya merupakan konsep yang sangat penting untuk dikuasai dan yang mana berhubungan langsung dengan pengalaman dalam kehidupan sehari-hari. Namun, belum bisa menjadi kenyataan karena hampir sebagian siswa tidak mudah memahami dan tertarik dalam pembelajaran matematika tentang materi pecahan sederhana. Konsep dan makna pecahan dapat dipahami apabila dalam pembelajaran siswa mampu memfokuskan perhatian, kesungguhan, keseriusan, dan ketekunan serta guru dapat memiliki keprofesionalan dalam memanfaatkan benda-benda manipulatif dan benda-benda bekas sebagai media yang ada di lingkungan sekitar untuk digunakan dalam pembelajaran, sehingga suasana belajar berjalan sesuai kriteria PAIKEM (Pembelajaran, Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan). Kadang secara sadar atau tidak guru menerapkan sifat otoriter dan menganggap peserta didik sebagai penerima, pencatat dan pengingat tanpa memandang keberhasilan pembelajaran dimana menurut Dudjana (1998) bahwa kriteria keberhasilan pembelajaran ditinjau dari dua hal yaitu sudut proses dan hasil belajar yang dicapai.
Seorang guru yang dinyatakan berhasil dalam suatu pembelajaran, jika peserta didiknya telah menguasai dan mencapai hasil KKM yang diharapkan. Dalam pembelajaran matematika di kelas III tentang pecahan sederhana sesuai tingkat perkembangan dan kemampuan sisiwa masih relatif rendah, hal ini terbukti dari hasil evaluasi yang ditemukan. Sesuai nilai rata- rata pra siklus 52,3%.
Untuk pelajaran matematika di kelas III SD Negeri Baumi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan melalui (KKM) adalah 65. Sehubungan dengan materi pecahan sederhana, dimana para siswa selalu mengalami kendala dalam memahami, sehingga mengakibatkan banyak peserta didik yang tidak tuntas dalam mempelajarinya maka, diperlukan inovasi kreatif dari guru dalam mengatasi permasalahan tersebut. Salah satu cara untuk merangsang minat siswa dalam mempelajari pecahan sederhana melalui penggunaan lipatan kertas yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan intelektual dan emosional peserta didik.


    Identifikasi masalah
Dari analisis situasi yang ada sesuai kondisi saat proses belajar mengajar berlangsung didapati bahwa ternyata masih banyak peserta didik yang belum menguasai dan memahami materi pembelajaran matematika tentang pecahan sederhana di kelas III, sehingga kriteria ketuntasan minimal 65 sesuai KTSP SD Negeri Baumi belum tercapai.
Berdasarkan temuan data tersebut maka identifikasi masalah yang menghambat pemahaman peserta didik dalam pembelajaran matematika antara lain :
    Kurangnya minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran matematika tentang pecahan sederhana.
    Belum menemukan strategi dan metode pembelajaran yang sesuai dengan pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan.
    Tingkat berpikir anak masih pada tahap operasi konkrit, teori tingkat perkembangan berpikir anak menurut Jean Peaget.
    Analisis masalah
Ada beberapa penyebab yang mengakibatkan kesulitan peserta didik dalam memahami materi pecahan sederhana dalam menyelesaikan soal- soal yang berkaitan dengan materi pembelajaran tersebut, diantaranya :
    Proses belajar mengajar matematika dikelas masih berjalan searah.
    Penggunaan media pembelajaran yang belum tepat sesuai tuntunan materi ajar pecahan sederhana
    Alternatif dan prioritas pemecahan masalah
Dari uraian masalah diatas, maka solusi yang digunakan dalam meningkatkan pemahaman siswa dalam pembelajaran pecahan sederhana mata pelajaran matematika yaitu dengan menggunakan media pembelajaran melalui lipatan kertas bekas sehingga peserta didik tidak hanya menyelesaikan soal- soal yang diberikan tetapi dapat memahami dan mengenal konsep pecahan sederhana yang benar dan dapat meningkatkan kualitas pembelajaran peserta didik.
Menurut Hamalik (1996), bahwa media pembelajaran dalam proses belajar dapat meningkatkan motifasi dan rangsangan dalam kegiatan belajar bahkan membawa pengaruh-pengaruh psikologis terhadap siswa. Mengingat hal tersebut, maka diperlukan suatu upaya kreatif dalam mengatasinya melalui rencana perbaikan pembelajaran sehingga penulis tertarik dan membahsnya dalam tulisan yang diberi judul “UPAYA MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA TENTANG PECAHAN SEDERHANA MELALUI LIPATAN KERTAS BEKAS PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DI KELAS III SD NEGERI BAUMI “.

    Rumusan Masalah
Dari uraian diatas maka permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah :
    Apakah dengan penggunaan alat peraga melalui ciptaan kertas bekas dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas III SD Negeri Baumi tentang materi pecahan sederhana pada mata pelajaran matematika?

    Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Berdasarkan analisis masalah yang ada maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
    Untuk mengetahui Implementasi pembelajaran pecahan sederhana dengan menggunakan media pembelajaran lipatan kertas bekas.
    Untuk mengetahui respon murid terhadap pembelajaran pecahan sederhana dengan menggunakan media pembelajaran lipatan kertas bekas.
    Ketuntasan belajar siswa terhadap pembelajaran pecahan sederhana melalui penggunaan media pembelajaran lipatan kertas bekas.

    Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Pelaksanaan penelitian perbaikan pembelajaran ini diharapkan akan memberikan beberapa manfaat, yaitu :
    Bagi Guru Sebagai Peneliti
    Memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu dan kreatifitas peserta didik dalam pembelajaran matematika.
    Memberikan bekal pengetahuan proses belajar yang efektif, kuatif moratif, dan produktif.
    Proses pembelajaran di kelas tidak lagi berjalan secara monoton.
    Bagi Siswa
    Tumbuhnya rasa cinta akan materi matematika.
    Untuk memperoleh pengetahuan matematika, khususnya pecahan sederhana yang lebih menarik, menyenangkan dan memungkinkan bagi dirinya dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
    Untuk memperoleh kualitas pembelajaran yang memadai.
    Bagi Sekolah dan Peneliti yang lain
    Akan dapat memberikan sumbangan dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran berkualitas sesuai perkembangan pendidikan.
    Sebagai bahan masukan dalam memperbaiki teknik pembelajaran klasikal dan ceramah menjadi Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenengkan.
    Dapat dijadikan bahan referensi dan perbandingan dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pecahan sederhana.

KAJIAN PUSTAKA
    Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
    Pengertian Belajar dan Pembelajaran Secara Umum
Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktifitas pikiran dan perasaan. Belajar juga merupakan suatu proses perubahan perilaku dalam aspek kognitif, afektif dan psikomotorik.
Untuk merumuskan definisi belajar yang memadai bukanlah suatu pekerjaan yang mudah karena itu timbullah berbagai defini belajar yang dikembangkan para ahli, diantaranya seperti yang dikemukakan oleh Gakne (1984), bahwa belajar adalah suatu proses dimana suatu organisasi berubah perilaku sebagai akibat pengalaman. Natawijaja (1984), berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Sudjana (1998 : 5), mengemukakan bahwa belajar adalah suatu proses yang ditandai adanya perubahan pada diri seseorang.
Pembelajaran merupakan perkembangan istilah dari istilah pengajaran dan istilah belajar mengajar. Pembelajaran juga merupakan suatu system lingkungan belajar yang terdiri dari unsur, tujuan, bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur / komponen tersebut saling berkaitan, saling mempengaruhi dan semuanya berorientasi pada tujuan.
Dengan demikian pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan seseorang untuk membelajarkan siswa. Usaha atau bimbingan sadar yang dilakukan oleh orang dewasa kepada orang yang belum dewasa juga merupakan pembelajaran.
    Pengertian Belajar dan Pembelajaran Matematika
Menurut Ruseffendi (1989, h.23) mengatakan bahwa matematika itu terorganisasikan dari unsur- unsur yang tidak didefenisikan, defenisi- defenisi, aksioma- aksioma, dan dalil- dalil, dimana dalil- dalil setelah dibuktikan kebenarannya berlaku secara umum yang mana matematika sering disebut ilmu deduktif dan matematika menurut Johnson dan Rising (1972) mengatakan bahwa matematika adalah pola pikir, pola mengorganisasikan, dan pembuktian yang logik.
Berdasarkan defenisi- defenisi matematika diatas maka dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu deduktif, ilmu tentang pola keteraturan, seni, bahasa, ilmu tentang struktur yang terorganisasi dengan bidang keilmuan yang teratur sistemis dan eksak. Sedangkan, belajar matematika menurut Jerome S. Bruner dari Universitas Harvard yang sangat terkenal dalam dunia pendidikan umumnya dan khususnya di bidang matematika mengatakan ada tiga tahap dalam proses belajar yaitu :
    Tahap Enaktif atau tahap kegiatan (enative)
Pada tahap ini, sebagai tahap pertama anak belajar konsep yang berhubungan dengan benda- benda rill atau mengalami peristiwa di dunia sekitar. Anak- anak masih dalam gerak reflex dan coba- coba, atau belum harmonis.
    Tahap Ikonik atau tahap gambar bayangan (iconic)
Pada tahap ini, dimana anak lebih mengubah, memahami dan menyimpan peristiwa dalam bayangan mental, dengan kata lain anak dapat membayangkan kembali atau memberikan gambaran dalam pemikiran tentang benda atau peristiwa yang dialami atau dikenalnya.
    Tahap Simbolik (symbolic)
Pada tahap ini, sebagai tahap akhir dimana anak dapat mengutarakan bayangan mental tersebut dalam bentuk simbol dan bahasa.
Berdasarkan beberapa kajian teoritis diatas, maka dalam pembelajaran matematika merupakan penanaman penalaran dan pembinaan keterampilan dari konsep-konsep, ide atau gagasan yang terbentuk dari pengalaman lingkungan dengan memanipulasi benda-benda kongrit sehingga dapat dipahami sesuai dengan kemampuan berpikir anak dalam memahami konsep matematika yang relatif abstrak.

    Tujuan Pembelajaran Matematika
Tujuan umum pembelajaran matematika di pendidikan dasar (Mendikbud, 1999;31) menyatakan bahwa :
    Mempersiapkan siswa agar sanggup menghadapi perubahan keadaan di dalam kehidupan dan di dunia yang selalu berkembang melalui latihan bertidak atas dasar pemikiran secara logis, rasional, kritis, cermat, jujur, dan efektif.
    Mempersiapkan siswa agar mendapat matematika dan pola pemikir matematika dalam kehidupan dan bahwa mempelajari ilmu pengetahuan.
Secara sederhana matematika berkenaan dengan ide- ide atau konsep-konsep abstrak, yang mana keabstrakan matematika merupakan salah satu penyebab adanya anggapan siswa sekolah dasar kelas tematik bahwa matematika adalah pelajaran yang sulit dipelajari dengan tingkat anak usia SD kelas III yang merupakan kelas tematik rata- rata berumur 9 tahun dalam tahapan operasi kongkret yang tingkat intelektualnya masih relatuf rendah beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sukar, maka dalam mengurangi kesulitan siswa SD dan meningkatkan pemahaman tentang pelajaran matematika maka, guru dapat menciptakan suasana belajar sesuai kriteria pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAIKEM) dengan menggunakan media pembelajaran yang bervariasi sesuai materi ajar.
    Pecahan Sederhana
Dalam kehidupan sehari- hari sering digunakan konsep pecahan sederhana dalam membagi- bagikan makanan atau benda- benda lain. Dalam pembagian yang sama tidak menjadi masalah jika banyaknya benda yang akan dibagikan sama dengan atau kelipatan dari banyaknya orang yang akan dibagi, sebaliknya pembagian yang sama akan menjadi masalah jika banyaknya benda yang akan dibagikan kurang dari atau lebih dari dan tidak merupakan kelipatan dari banyaknya orang- orang yang dibagi.
Contoh 1 Pemahaman Konsep Pecahan
    Membagikan 7 buah semangka kepada 4 orang teman.
Dari contoh diatas agar pembagian semangka tersebut dapat dibagikan dan masing-masing mendapatkan bagian yang sama maka akan timbul bilangan pecahan.
Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa pecahan sederhana adalah suatu bagian dari bentuk keseluruhan. Dan untuk mengenali pecahan sederhana yang dapat ditunjukan atau diperagakan. Melalui bilangan pecahan dan bentuk penyelesaian sebagai berikut :
Contoh 2 Bentuk Pecahan dan Cara Menyelesaikannya
    Pembagian 7 buah semangka kepada 4 orang teman.
Dari contoh diatas dan pemahaman konsep maka pecahan bilangannya dapat dilambangkan dengan 7/4 dimana 7 adalah bilangan pembilang dan 4 adalah bilangan penyebut yang mempunyai bagian pecahan yang pembilangnya lebih besar dari penyebutnya maka pecahan ini dapat dibagikan atau disederhanakan dan akan muncul pecahan baru yaitu pecahan campuran dengan aturannya yang beda.

Aturan Pecahan Campuran

Apabila dikaitkan dengan contoh soal diatas maka
7/4 sama dengan 7 dibagi 4 hasilnya 1 sisa 3 = 1 3/4.
    Metode Pembelajaran
Menurut Budimasyah (2003) mengatakan ada tiga hal yang harus diperhatikan dalam pembelajaran yakni :
    Mengkondisikan siswa untuk menemukan kembali rumus, konsep atau prinsip dalam pembelajaran matematika melalui bimbingan guru agar siswa terbiasa melakukan penyelidikan dan melakukan sesuatu.
    Dalam setiap pembelajaran guru hendaknya memperhatikan penguasaan materi yang diperlukan.
    Pendekatan pemecahan masalah merupakan fokus dalam pembelajaran matematika yang mencakup masalah tertutup, mempunyai solusi tunggal terbuka atau masalah dengan berbagai cara penyelesaian.

    Media pembelajaran
Menurut Aqib, (2006 : 135) alat peraga atau media adalah sumber belajar yang harus dikembangkan, untuk tercapainya hasil belajar yang optimal. Lebih lanjut menurut Mustaji dalam Aqib (2006 : 135) bahwa dalam usaha meningkatkan kualitas proses pembelajaran dan hasil pembelajaran, kita tidak boleh melupakan suatu hal yang sudah pasti kebenarannya, yaitu bahwa pelajar harus banyak berinteraksi dengan sumber belajar. Tanpa sumber belajar yang memadai maka sulit diharapkan terwujudnya proses pembelajaran yang mengarah kepada tercapainya hasil belajar yang optimal.
Berdasarkan kajian teoritis diatas maka media pembelajaran dengan menggunakan kertas bekas yang berukuran persegi dan mudah diperoleh didalam kelas atau disekitar kelas yang dimodifikasi dengan tujuan untuk merangsang pola pikirpeserta didik dan menarik mereka sehingga dapat memahami materi pelajaran matematia tentang pecahan sederhana.

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
    Subjek, Tempat Dan Waktu Penelitian
    Subyek Penelitian Tindakan Kelas
Dalam penelitian tindakan kelas, yang menjadi subyek penelitian adalah siswa kelas III SD Negeri Baumi dengan peserta didik 10 orang yang terdiri dari 6 orang laki- laki dan 4 orang perempuan.
    Tempat Penelitian Tindakan Kelas
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini berlangsung di SD Negeri Baumi, Desa Lembur Timur, Kecamatan Lembur, Kabupaten Alor, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
    Waktu Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan pada semester II tahun pelajaran 2013/ 2014 dengan alokasi waktu sebagai berikut :
    Perbaikan pembelajaran siklus I pada
Hari Rabu tanggal 21 Mei 2014 Pukul 07.30 – 08.05 WITA
    Perbaikan pembelajaran siklus II pada
Hari Jumat tanggal 30 Mei 2014 Pukul 09.45 – 10.25 WITA
    Prosedur Pelaksanaan Pembelajaran
Dalam penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan rangkain tindakan pemecahan masalah dalam bentuk siklus dengan masing- masing siklus mempunyai tahapan- tahapan pelaksanaan meliputi tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap observasi atau pengamatan dan tahap refleksi.
    Langkah- langkah pelaksanaan pada tahap perbaikan siklus I (pertama)
    Tahap perencanaan
    Menyusun rencana perbaikan pembelajaran secara kolaboratif antara peneliti dan guru kelas III SD Negeri Baumi
    Membuat instrumen awal
    Menyiapkan bahan ajar
    Menyiapkan lembar kerja siswa
    Tahap Pelaksanaan
    Kegiatan Awal
    Apersepsi
    Tanya jawab materi yang akan dilaksanakan
    Kegiatan Inti
    Siswa dibagi kedalam beberapa kelompok
    Guru menjelaskan materi pelajaran atau kegiatan yang akan dilakukan siswa
    Guru membagikan LKS kepada siswa
    Guru membimbing siswa dalam setiap kelompok
    Laporan hasil kerja kelompok
    Pajangan hasil kerja kelompok
    Kegiatan Akhir
    Guru melaksankan post tes
    Observasi
Kegiatan observasi dilaksanakan pada saat implementasi RPP di kelas yang dilakukan oleh supervisor satu dan supervisor dua terhadap terhadap peneliti dalam proses pembelajaran serta peneliti melakukan observasi terhadap siswa untuk mengetahui kemajuan belajar siswa.
    Refleksi
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, ditemukan bahwa siswa belum sepenuhnya memahami materi yang disampaikan dalam kegiatan belajar mengajar. Hal ini dibuktikan dengan perolehan nilai rata-rata tiap kelompok yang belum mencapai KKM yakni 65, sehingga peneliti termotivasi untuk melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II.
    Langkah- langkah pelaksanaan pada siklus II
    Tahap Perencanaan
Dalam tahap perencanaan, kegiatan yang dilakukan antara lain :
    Menginfentalisir kelemahan- kelemahan dalam pelaksanaan pembelajaran pada siklus I.
    Menyusun rencana perbaikan pembelajaran
    Menyiapkan bahan pembelajaran
    Tahap Pelaksanaan
    Kegiatan Awal
    Apersepsi : tanya jawab materi yang akan diajarkan
    Kegiatan Inti
    Guru menjelaskan materi pembelajaran kepada peserta didik
    Guru membagikan LKS kepada siswa serta menjelaskan cara mengerjakannya.
    Siswa mengerjakan LKS yang telah diberikan
    Laporan diskusi kelompok
    Pajangan / presentase
    Kegiatan Akhir
    Memberikan pekerjaan rumah
    Tahap Observasi
Pada saat kegiatan pembelajaran dilakukan oleh peneliti, maka observasi oleh supervisor I dan supervisor II untuk menilai pelaksanaan perbaikan pembelajaran serta peneliti mengadakan pengamatan terhadap peserta didik berdasarkan format pengamatan.
    Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II, hasil yang dicapai adalah terjadinya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini dapat dibuktikan dengan hasil kerja kelompok dan individu yang diperoleh dari siswa yaitu data observasi atau pengamatan dengan nilai rata-rata 70 dan data nilai tes rata-rata 79. Sehingga disimpulkan bahwa dengan menggunakan media pembelajaran lipatan kertas bekas dalam pengenalan pecahan sederhana dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas III dalam memahami materi yang diajarkan.



    Teknik Pengumpulan Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini bersifat deskriptif, dimana data yang diperoleh dan dirampung dalam setiap siklus dianalisis dalam bentuk tahapan-tahapan sebagai berikut :
    Reduksi Data
Peneliti melakukan penyederhanaan data mentah dari setiap siklus dengan membuat fokus dan klasifikasi
    Hasil Tahapan
Tahapan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik agar memudahkan dalam membaca
    Mengumpulkan Data Sajian dari Hasil Analisis


HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
    Hasil Penelitian
Penelitian tidakan kelas yang dilaksanakan berdasarkan rencana perbaikan pembelajaran dan hasil yang diperoleh berupa hasil observasi dan analisis hasil belajar siswa pada setiap siklus, dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
    Pra Siklus
Tabel 1
Lembar Observasi Kerja Siswa
No    Nama Siswa    Aspek yang Dinilai    Jumlah Nilai    Nilai Rata-Rata
        Keaktifan    Kemandirian    Hasil Kerja       
1    Milus P. Maiten    50    50    50    150    50
2    Susiyanti Mauko    55    50    55    160    53
3    Robinson Kapomai    60    50    50    160    53
4    Sinaiti K. Famani    60    40    50    150    50
5    Putri R. Molina    50    50    50    150    50
6    Jitro S. Nino    60    50    40    150    50
7    Andi E. Lasimai    55    50    60    165    55
8    Putrawan Hyetingkay    50    50    50    150    50
9    Jhon B. Maiten    60    40    50    150    50
10    Aulia K. Bekako    50    50    50    150    50
Jumlah    560    480    505    1535    511
Rata – Rata Kelas    56    48    50,5    153,5    51,1
Keterangan :
Rentang Nilai dan Penilaian
    Rentang Nilai
85 – 100        = Sangat Baik
70 – 84        = Baik
55 – 69        = Cukup
30 – 54        = Kurang
0 – 29        = Kurang Sekali

    Penilaian
Nilai rata-rata siswa :  (Jumlah Perolehan)/(Aspek Penilain)
nilai rata-rata kelas :  (Jumlah Nilai Perolehan)/(Jumlah Siswa)

Tabel 2
Hasil Analisis Belajar
No    Nama Siswa    Nomor Soal    Jumlah Nilai    Rata-Rata
        1    2    3    4    5       
1    Milus P. Maiten    80    70    60    30    30    270    54
2    Susiyanti Mauko    70    70    50    50    30    270    54
3    Robinson Kapomai    70    60    40    40    40    250    50
4    Sinaiti K. Famani    80    60    40    40    40    250    50
5    Putri R. Molina    60    60    60    40    30    250    50
6    Jitro S. Nino    70    70    60    50    20    270    54
7    Andi E. Lasimai    60    60    60    60    30    270    54
8    Putrawan Hyetingkay    70    60    60    40    20    250    50
9    Jhon B. Maiten    60    60    60    40    40    260    52
10    Aulia K. Bekako    70    70    70    50    30    290    58
Jumlah    690    640    560    440    310    2630    526
Rata – Rata Kelas    69    64    56    44    31    263    52,6
Keterangan :
    Jumlah soal 5 nomor. Jumlah skor maksimal 300
    Nilai rata-rata    = (Skor Perolehan)/(Jumlah Skor)
Tabel 3.
Analisis Ketuntasan Pra Siklus
No    Nama Siswa    Nilai    Keterangan
            Tuntas    Tidak Tuntas
1    Milus P. Maiten    54               
2    Susiyanti Mauko    54               
3    Robinson Kapomai    50               
4    Sinaiti K. Famani    50               
5    Putri R. Molina    50               
6    Jitro S. Nino    54               
7    Andi E. Lasimai    54               
8    Putrawan Hyetingkay    50               
9    Jhon B. Maiten    52               
10    Aulia K. Bekako    58               
Jumlah Nilai    5.038       
Nilai Tertinggi    58       
Nilai Terendah    50       
Rata - Rata    52,3       
Berdasarkan hasil observasi dan analisis, hasil belajar siswa diatas maka perlu diadakan perbaikan pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas yang berorientasi pada upaya meningkatkan pemahaman siswa, karena semua siswa belum memahami materi yang diajarkan.
    Siklus I
Tabel 4
Lembar Observasi Kerja Siswa

No    Nama Siswa    Aspek yang Dinilai    Jumlah Nilai    Nilai Rata-Rata
        Keaktifan    Kemandirian    Hasil Kerja       
1    Milus P. Maiten    65    60    60    185    61,66
2    Susiyanti Mauko    60    60    60    180    60
3    Robinson Kapomai    70    60    60    190    63,33
4    Sinaiti K. Famani    70    60    65    195    65
5    Putri R. Molina    70    60    60    190    63,33
6    Jitro S. Nino    75    65    65    205    68,33
7    Andi E. Lasimai    65    60    65    190    63,33
8    Putrawan Hyetingkay    70    65    65    200    66,66
9    Jhon B. Maiten    65    65    65    195    65
10    Aulia K. Bekako    60    60    60    180    60
Jumlah    670    615    625    1913    636,64
Rata – Rata Kelas    67    61,5    62,5    191,3    63,66
Keterangan :
Rentang Nilai dan Penilaian
    Rentang Nilai
85 – 100        = Sangat Baik
70 – 84        = Baik
55 – 69        = Cukup
30 – 54        = Kurang
0 – 29        = Kurang Sekali
    Penilaian
Nilai rata-rata siswa    : (Jumlah Perolehan)/(Aspek Penilaian)
Nilai rata-rata kelas    : (Jumlah Nilai Perolehan)/(Jumlah Siswa)
Tabel 5
Hasil Analisis Belajar
No    Nama Siswa    Nomor Soal    Jumlah Nilai    Rata-Rata
        1    2    3    4    5       
1    Milus P. Maiten    75    75    60    70    60    340    68
2    Susiyanti Mauko    75    75    50    70    60    330    66
3    Robinson Kapomai    75    60    40    50    70    295    59
4    Sinaiti K. Famani    75    75    40    50    60    300    60
5    Putri R. Molina    75    75    60    50    60    320    64
6    Jitro S. Nino    75    70    60    50    50    305    61
7    Andi E. Lasimai    75    75    60    60    50    320    64
8    Putrawan Hyetingkay    75    75    60    50    50    310    62
9    Jhon B. Maiten    75    70    60    50    65    320    64
10    Aulia K. Bekako    75    70    70    50    60    325    65
Jumlah    750    720    560    550    585    3165    633
Rata – Rata Kelas    75    72    56    55    58,5    316,5    63,3

Keterangan :
    Jumlah soal 5 nomor. Jumlah skor maksimal 300
    Nilai rata-rata    = (Skor Perolehan)/(Jumlah Skor)
Tabel 6
Analisis Ketuntasan Siklus I
No    Nama Siswa    Nilai    Keterangan
            Tuntas    Tidak Tuntas
1    Milus P. Maiten    68            -
2    Susiyanti Mauko    66            -
3    Robinson Kapomai    59               
4    Sinaiti K. Famani    60               
5    Putri R. Molina    64               
6    Jitro S. Nino    61               
7    Andi E. Lasimai    64               
8    Putrawan Hyetingkay    62               
9    Jhon B. Maiten    64               
10    Aulia K. Bekako    65               
Jumlah Nilai    633       
Nilai Tertinggi    68       
Nilai Terendah    59       
Rata - Rata    63,3       

Berdasarkan hasil observasi dan analisis diketahui bahwa ternyata sebagian besar siswa belum memahami tentang konsep pecahan sederhana secarah utuh, sehingga peneliti masih perlu mengadakan penelitian tindakan kelas siklus II.


    Siklus II
Tabel 7
Lembar Observasi Hasil Kerja Siswa
No    Nama Siswa    Aspek yang Dinilai    Jumlah Nilai    Nilai Rata-Rata
        Keaktifan    Kemandirian    Hasil Kerja       
1    Milus P. Maiten    70    65    70    205    68,33
2    Susiyanti Mauko    75    65    70    210    70
3    Robinson Kapomai    75    70    70    215    71,66
4    Sinaiti K. Famani    70    70    65    205    68,33
5    Putri R. Molina    65    65    65    195    65
6    Jitro S. Nino    75    65    65    205    68,33
7    Andi E. Lasimai    70    70    65    205    68,33
8    Putrawan Hyetingkay    65    65    65    195    65
9    Jhon B. Maiten    75    70    65    210    70
10    Aulia K. Bekako    65    65    65    195    65
Jumlah    705    670    665    2040    680
Rata – Rata Kelas    70,5    67    66,5    204    68
Keterangan :
Rentang Nilai dan Penilaian
    Rentang Nilai
85 – 100        = Sangat Baik
70 – 84        = Baik
55 – 69        = Cukup
30 – 54        = Kurang
0 – 29        = Kurang Sekali
    Penilaian
Nilai rata-rata siswa    : (Jumlah Perolehan)/(Aspek Penilaian)
Nilai rata-rata kelas    : (Jumlah Nilai Perolehan)/(Jumlah Siswa)
Tabel 8
Hasil Analisis Belajar
No    Nama Siswa    Nomor Soal    Jumlah Nilai    Rata-Rata
        1    2    3    4    5       
1    Milus P. Maiten    100    80    70    65    50    365    73
2    Susiyanti Mauko    100    100    75    50    50    375    75
3    Robinson Kapomai    90    90    85    70    50    385    77
4    Sinaiti K. Famani    75    75    70    65    50    335    67
5    Putri R. Molina    100    100    100    65    60    425    85
6    Jitro S. Nino    100    70    70    55    60    355    71
7    Andi E. Lasimai    100    100    75    60    50    385    77
8    Putrawan Hyetingkay    95    100    60    55    50    360    72
9    Jhon B. Maiten    75    100    65    55    65    360    72
10    Aulia K. Bekako    100    100    70    65    60    395    79
Jumlah    935    915    740    605    545    3740    748
Rata – Rata Kelas    93,5    91,5    74    60,5    54,5    374    74,8
Keterangan :
    Jumlah soal 5 nomor. Jumlah skor maksimal 300
    Nilai rata-rata    = (Skor Perolehan)/(Jumlah Skor)

Tabel 9
Analisis Ketuntasan Belajar
No    Nama Siswa    Nilai    Keterangan
            Tuntas    Tidak Tuntas
1    Milus P. Maiten    73               
2    Susiyanti Mauko    75               
3    Robinson Kapomai    77               
4    Sinaiti K. Famani    67               
5    Putri R. Molina    85               
6    Jitro S. Nino    71               
7    Andi E. Lasimai    77               
8    Putrawan Hyetingkay    72               
9    Jhon B. Maiten    72               
10    Aulia K. Bekako    79               
Jumlah Nilai    748       
Nilai Tertinggi    85       
Nilai Terendah    67       
Rata - Rata    74,8        
Berdasarkan hasil observasi dan analisis ternyata 10 ( sepuluh ) siswa di kelas III seluruhnya telah mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pelajaran matematika tentang “ Pengenalan Pecahan Sederhana, sehingga peneliti tidak lagi mengadakan penelitian tindak lanjut pada siklus berikutnya.
Berdasarkan data pada masing-masing siklus diatas maka disimpulkan dari hasil penilitian dalam tabel dibawah ini.
No    Nama siswa    Hasil Belajar Prasiklus    Nilai Hasil Siklus I    Perbaikan Siklus II    Ket
1.    Milus P. Maiten    54    68    73   
2.    Susiyanti Mauko    54    66    75   
3.    Robinson Kapomai    50    59    77   
4.    Sinaiti K. Famani    50    60    67   
5.    Putri R. Molina    50    64    85   
6.    Jitro S. Nino    54    61    71   
7.    Andi E. Lasimai    54    64    77   
8.    Putrawan Hyetingkay    50    62    72   
9.    Jhon B. Maiten    52    64    72   
10.    Aulia K. Bekako    58    65    79   
Jumlah     526    633    748   
Rata-rata     52,6    63,3    74,8   

Dari rangkuman hasil belajar siswa pada prasiklus, siklus I, dan siklus II ternyata pada siklus I belum semua siswa mencapai ketentuan Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah yaitu 65, sehingga peniliti berupaya untuk meningkatkan pemahaman siswa kelas III dengan melaksanakan penilitian tindakan kelas siklus I dan hasilnya juga belum memuaskan dan belum sesuai dengan ketentuan KKM maka demi peningkata pemahaman siswa dalam mengenal pecahan sederhana dilakukan perbaikan pembelajaran pada siklus II. Sesuai hasil rekapan perkembngan belajar pada siklus II telah menunjukan peningkatan pemahaman yang signifikan terhadap materi yang diajarkan, yaitu pengenalan pecahan sederhana. 

Tabel 10
Perbandingan hasil belajar siswa pada Siklus I dan Siklus II
No    Nama Siswa    Siklus I    Siklus II    Perbandingan Nilai Rata-Rata    Ket
1.    Milus P. Maiten    68    73    5   
2.    Susiyanti Mauko    66    75    9   
3.    Robinson Kapomai    59    77    18   
4.    Sinaiti K. Famani    60    67    7   
5.    Putri R. Molina    64    85    21   
6.    Jitro S. Nino    61    71    10   
7.    Andi E. Lasimai    64    77    13   
8.    Putrawan Hyetingkay    62    72    10   
9.    Jhon B. Maiten    64    72    8   
10.    Aulia K. Bekako    65    79    14   
Jumlah    633    748    115   
Rata-rata    63,3    74,8    11,5   

Berdasarkan perbandingan perbaikan pembelajaran pada tabel diatas menunjukan adanya peningkatan kemampuan siswa dalam memahami materi yang diajarkan, dimana hasil analisis nilai pembelajaran pada siklus I, 63,3% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 74,8% pada materi pengenalan pecahan sederhana.

    Pembahasan Hasil Penilitian
    Siklus I
Dengan adanya perbaikan pembelajaran pada siklus I, hasil yang dicapai adalah belum adanya peningkatan penguasaan materi pembelajaran. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbaikan pembelajaran pada siklus I dengan nilai rata-ratanya 63,3% sehingga belum mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada mata pejaran Matematika yang ditetapkan oleh sekolah. Dari perolehan nilai rata-rata pada siklus I diatas beserta hasil observasi dan analisisnya dijadikan rujukan untuk merencanakan perbaikan pembelajaran pada siklus II.

    Siklus II
Berdasarkan hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II, hasil yang dicapai pada siklus II terjadi peningkatan penguasaan dan pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Hal ini dapat dilihat dari hasil perbaikan pembelajaran pada siklus II yakni mencapi nilai rata-rata kelas 74,8%.
Dari gambaran hasil pembelajaran pada siklus I, dan siklus II maka disimpulkan bahwa penggunaan lipatan kertas bekas dapat meningkatkan pemahaman siswa kelas III dalam mempelajari mata pelajaran Matematika tentang pecahan sederhana.
Berdasarkan hasil penilitian dan pembahasan diatas dapat disimpulkan dalam bentuk diagram dibawah ini.

Diagram Pembelajaran

SIMPULAN, SARAN, DAN TINDAK LANJUT
    Kesimpulan
Berdasarkan hasil penilitian yang dilakukan dalam dua siklus dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran melalui lipatan kertas bekas dapat meningkatkan pemahaman dan siswa dapat mengenal pecahan sederhana pada mata pelajaran Matematika di kelas III.

    Saran dan Tindak Lanjut
Agar pebelajaran di kelas lebih efektif dan efisien sesuai kriteria Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan (PAIKEM) maka guru harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut :
    Guru harus mempersiapkan bahan ajar yang akan diajarkan kepada peserta didik dengan baik.
    Guru harus mempersiapkan diri dalam menguasai materi pelajaran dengan baik sebelum menyampaikan kepada peserta didik.
    Guru harus dapat menggunakan media pembelajaran dalam penanaman konsep sesuai dengan materi pelajaran yang akan disampaikan agar siswa tertarik untuk mengikuti pelajaran yang disampaikan.
    Guru harus dapat melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajaran.

DAFTAR PUSTAKA
TIM – FKIP UT. (2013). Pemantapan Kemampuan Profesionalan
(PKP) – PGSD. Jakarta : Universitas Terbuka
Sukiman, dkk. (2010). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
    Jakarta : Insan Cendekia
Kurnianto. (2006). Belajar Praktis Sekolah Dasar
    Surakarta. Kurikulum 2006
Karso,dkk. (2011). Pendidikan Matematika I.
    Jakarta : Universitas Terbuka
Muhsetyo Gatot,dkk. (2013). Pembelajaran Matematika SD.
    Jakarata : Universitas Terbuka
Tim Bina Karya Guru. (2006). Terampil Berhitung Matematika Untuk SD Kelas III. Erlangga
Undang – undang No.20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.

Selasa, 20 Januari 2015

Contoh Karya Ilmiah Pertanian

KERANGKA  KARYA ILMIAH TENTANG BUDIDAYA JAMUR









Disusun oleh :
NAMA        : ANDRIANUS WAANG
NIM        : 6121002
MATA KULIAH    : BAHASA INDONESIA
PRODI        : THP
SEMESTER        : III


UNIVERSITAS TRIBUANA KALABAHI
2015

BAB I
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG
Penulisan karya tulis yang berjudul “Budidaya Durian Monthong” ini dilatar belakangi oleh keinginan penulis untuk memaparkan lebih mendalam bagaimana cara membudidayakan Durian Monthong dapat dikonsumsi oleh seluruh lapisan masyarakat dan untuk meningkatkan kualitas pertanian durian di seluruh lapisan masyarakat di seluruh Indonesia.

B.    PERUMUSAN MASALAH
Penulis ingin mengetahui bagaimana membudidayakan Durian Monthong dan dapat dikonsumsi oleh masyarakat umum berdasarkan judul karya tulisan ini, penulis bermaksud memaparkan dan memberikan pengetahuan tentang budidaya Durian Monthong.
Berdasarkan urian diatas perumusan masalah dalam karya tulis yang sering timbul adalah sebagai berikut :
1)    Bagaimana syarat tanaman durian yang optimal ?
2)    Bagaiaman penyiapan benih dan lahan pertanian yang baik ?
3)    Bagaimana pemeliharaan tanaman durian Monthong yang baik ?
4)    Bagaiamana cara pengendalian Hama dan Penyakit tanaman durian Monthong ?
5)    Bagaiamana hasil panen durian Monthong ?

C.    TUJUAN PENULISAN
Secara khusus
Adapun tujuan penulisan katrya ilmiah ini pada khususnya bertujuan untuk memenuhi tugas Bahasa Indonesia SMA N I Sigaluh tahun pelajaran 2008 / 2009.
Secara Khusus
Adapun tujuan penulisan karya ilmiah ini pada umumnya bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang membudidayakan Durian Masyarakat umum.



D.    MANFAAT PENILITIAN
Manfaat dari penelitian / penyusunan karya ilmiah yang berjudul “BUDIDAYA DURIAN MONTHONG”
a)    Bagi siswa yang bersangkutan dapat mengetahui lebih lanjut lagi tentang membudidayakan tanaman durian monthong.
b)    Bagi teman-teman supaya dapat memberitahukan kepada pembaca tentang cara membudidayakan tanaman durian monthong.
c)    Bagi sekolah supaya sekolah mengetahui lebih dalam tentang biudidaya tanaman durian monthong.
d)    Pemerintah supaya mengetahui teknik budidaya tanaman durian monthong.

E.    SISTEMATIKA PENULISAN
Dalam penulisan karya ilmiah ini disusun antara lain dengan urutan sebagai berikut :
Bab I Pendahuluan, dalam Bab I Pendahuluan memuat antara lain, Latar Belakang Pembuatan Karya Ilmiah, perumusan Masalah, Tujuan Penulisan, Manfaat Penelitian dan Sistematika Penulisan.

BAB II
A. DISKRIPSI KEPUSTAKAAN
Budidaya merupakan pelestarian atau pengembangan durian untuk sebagai dagang ataupun sekedar hobbi.
Pelestairan atau pengembangan tanaman ataupun peternakan, pertanian, dan perikanan untuk sekedar penyaluran hobbi.

BAB III
PEMBAHASAN
Syarat Tumbuhnya Durian Monthong
Tanaman durian tumbuh optimal pada ketinggian 50-600 diatas permukaan air laut, tanah yang cocok adalam lempung berpasir, subur dan banyak mengandung bahan organic, dan H 6-7 janis tanah yang cocok adalah letosol,podosolik atau andosol.
Tanah yang bertekstur berat, seperti tanah laut kurang bagus untuk tanaman durian, karena pengeringannya sangat sulit terutama pada musim hujan. Pada musim kemarau tanah laut akan mengeras dan susah menyerap air sehingga tanaman akan kekurangan air dan pertumbuhan akan terganggu. Sebalilknya pada tanah berpasir juga kurang bagus karena buah yang dihasilkan rasanya kurang manis. Kedalaman air tanah yang dikehendaki adalah 50-33 cm, karena akar tanaman durian dapat menembus tanah sampai kedalaman 3 m, tanah yang dangkal akan mengganggu perakaran tanaman durian, dan banyak akar yang membusuk karena terganggu air.
Curah hujan ideal pertumbuhan durian adalah 1.500-2.500 mm pertahun dengan 3-4 bulan / tahun untuk merangsang pertumbuhan dengan intensitas cahaya 40-50 % dengan suhu 22-30 0 C
Varietas Unggul
Sekarang ini tersedia cukup banyak varietas unggul durian, baik yang berasal dari Indonesia, maupun dari luar negeri seperti Thailand dan Malaysia. Pemerintah indonesia melelaui Menteri Pertanian telah mengesahkan sekitar 4 varietas atau kultur durian unggul asal Indonesia. Dalam karya ilmiah ini kami memilih durian Monthong sebagai tanaman budidaya :
Durian Monthong
Berasal dari Thailand merupakan tanaman genjah maupun berproduksi pada umur 4-5 tahun dengan bibit sambungan pucuk, produksi buah cukup banyak, bentuk buah bervariasi, dari bulat panjang sampai hampir persegi, bobot bisa sampai 6 kg/buah, daging buah berwarna kucing emas, atau krem, sangat tebal, manis, aroma harum sedang, mampu beradaptasi pada berbagai kondisi sayangnya peka penyakit Phythoptora sp.
Penyiapan Benih dan Penyiapan Lahan Pertanian
A.    PENYIAPAN BENIH
Perkembangan tanaman durian dilakukan dengan tida cara yuaitu :
1)    Secara generatif dengan menggunakan biji
2)    Secara vegertatif. Menggunakan cangkok, setek dan merunduk dan
3)    Perkembangan campuran antara generatif dan vegetatif, batang bawah diperbanyak dengan bibit dan kemudian disambung atau diokulasi dengan batang tunas.
Perbanyakan durian sangat dianjurkan untuk menggunakan lebih dari perbanyakan secara campuran cara generatif dan vegetatif, yakni menggunakan biji untuk batang bawah dan disambung atau diokulasi dengan batang atas yang baik dan unggul.
Memilih bibit dianjurkan membeli bibit dari pedagang, petani yang sudah memiliki kreadibilitas dan memiliki pohon induk sendiri yang telah mendapat sertifikat dari Departemen Pertanian. Lalu pilih yang baik dengan ciri-ciri diantaranya. Batang kokoh, subur, egar, sehat, daun banyak, bebas hama dan penyakit, memiliki percabangan 2-4 arah.
Bila akan melakukan sendiri pembibitan dengan biji, maka biji diselesaikan dengan mengambil biji yang benar-benar tua, biji sempurna, bentuk ragam, tidak terlalu kecil, tidak kempes, bebas hama, dan tidak luka. Selanjutnya biji dipisahkan dari dagingnya, kemudian disimpan sekitar satu mingguan untuk mengistirahtkan biji dari pertumbuhan. Biji yang sudah disimpan kemudian diseleksi lagi dengan cara memaukan ke dalam air dan hanya biji yang tenggelam yang ditanam untuk bibit.

B.    PENYIAPAN LAHAN PERTANAMAN
Lahan dibersihkan dari sisa-sisa tumbuhan dan gulma dengan cara mekanis atau kimiawai, tetapi dapat pula dilakukan dengan penanaman tanaman penutup tanah. Pembukaan lahan sebaiknya dilakukan pada musim kemarau, sehingga pada awal musim hujan sudah bisa dilakukan penanaman
Bila kondisi kurang miring, perlu dibuat terasering dan pada lahan datar yang luas dibuat saluran pembuangan air. Kemudian dilakukan pengairan dengan jarak tanam yang umum 8 x 12 m atau 20 x 10 m, selanjutnya pembuatan lubang tanam ukuran 50 x 50 x 50 cm, Pisahkan tanah bagian atas dengan bagian atas dicampur dengan pupuk kandang matang 20 kg + 5 gr Natural GL 10 + 10 kg Dolomit sampai rata sebagai media tanam, kemudian masukan campuran tersebut ke dalam lubang tanam dan biarkan 1 minggu sebelum bibit ditanam, kemudian masukan campuran tersebut ke dalam lubang tanam dan biarkan 1 minggu sebelum bibit ditanam.


PENANAMAN
Penanaman yang ideal pada musim hujan pengaturan jarak tanam lebih ditujukan pada pertanaman durian skala besar atau pada kebun yang luas. Jarak tanam yang digunakan bervariasi tergantung pada varietas, kesuburan tanah dan kondisi lokasi pertanaman jarak tanam untuk durian varietas monthong jarak tanam yang umum digunakan adalah 8 x 12 m atau 10 x 10 m. Selain jarak tanam yang penting juga adalah pola penanaman perlu diatur agar kebun kelihatan rapi dan teratur pengaturan pola tanam pada umumnya dikenal ada dua :
1.    Pola Bujur Sangkar
2.    Pola Segitiga
Pembuatan lubang tanam untuk penanaman durian pada umumnya dibuat dengan ukuran 30 cm2. Tetapi pada tanah yang bertekstur berat perlu lubang yang berukuran lebih besar, biasanya dibuat sampai ukuran 100 cm2. Pada waktu dilakukan penggalian lubang, sebaiknya tanah galian bagian atas yang subur dipisahkan dengan bagian bawah yang kurang subur. Tanah bagian atas nantinya dicampur dengan pupuk kandang dan digunakan untuk menimbun lubang sebagai media tanam.
Penanaman dilakukan dengan cara bibit dan buka plastic pembungkus tanah secara hati-hati. Tanam bibit sebatas leher akar tanpa meningkatkan batangnya. Siram air secukupunya setelah selesai tanam. Akan lebih baik ditambah pupuk organik SUPERNASA dosis 1 botol untuk sekitar 200 tanam setiap 1 botol SUPERNASA diencerkan dalam 2 liter ml larutan induk lalu siramkan setiap pohon atau siramkan SUPERNASA 1 sendok makan/10 liter air/pohon.

PEMELIHARAAN
A.    PENGAIRAN
Pengertian dilakukan sejak awal pertumbuhan sampai tanam berproduksi. Pada waktu berbunga, penyiraman dikurangi penyiraman paling baik pada pagi hari. Pada perkebunan durian komersial secara intensif seperti dilakukan di Thailand, system pengairan bisa berupa saluran irigasi, atau saluran pengairan intensif menggunakan pipa-pipa,kran dan springkler yang menyebar diselurh areal kebun.


B.    PEMANGKASAN
Pemangkasan dilakukan terhadap tunas-tunas air, cabang atau rantingnya yang sudah mati dan terserang hama penyakit, serta ranting-ranting yang tidak terkena sinar matahari. Pemangkasan juga ditujukan untuk membentuk tanaman mencapai ketinggian tertentu 4-5 m pucuk tanaman dipangkas.

C.    PEMUPUKAN
Pemupukan dilakukan dengan menggunakan pupuk organik. Dosis dan jenis pupuk tergantung pada jenis dan kesuburan tanah atau sesuai rekomendasi setempat pemupukan sejak awal pertumbuhan sampai tahun ke – 3 dengan pupuk NPK yang kadar N tinggi, waktu pemupukan pupuk kandang sekali setahun pada akhir musim hujan atau awal musim kemarau. Sedangkan pupuk makro sesuai dengan umur tanaman. Caranya dengan menaburkan memutar sesuai dengan lebar pendeknya tajuk tanaman.
Dosis pupuk kandang yang dianjurkan tergantung umur tanaman, misalnya 50 kg / pohon ( umur 1 tahun ), 70 kg / pohon ( umur 2 tahun ), setiap tahun dosis di tingkatkan hingga mencapai 300 kg / pohon pada umur 10 tahun. Sedangkan pupuk anorganik dianjurkan menggunakan NPK 15 – 15 – 15, NPK 16 – 16 -16 – TE ( trace element ), NPK 12 – 34 – 12.

D.    MERANGSANG PERTUMBUHAN BUNGA
Pertumbuhan bunga pada tanaman durian dapat dirangsang selain dengan penggunaan pupuk NPK, juga dapat dilakukan dengan memberikan hormon tertentu seperti yang dilakukan di Malaysia dan Thailand. Zat yang bisa di berikan antara lain adalah : Paclobutrasol, zat ini sebenarnya menghambat pertumbuhan daun dan merangsang pertumbuhan bunga. Karena itu bila di berikan secara tepat juga bisa meningkatkan produksi durian.

E.    PERAWATAN BUAH
Untuk mendapatkan buah durian yang baik, maka perlu dilakukan pengaturan buah dengan menyeleksi buah yang akan di biarkan berkembang. Penyeleksian buah dilakukan setelah buah durian berdiameter 5 cm. Diseleksi dan disisikanhanya 2 buah terbaik dan buah yang tidak sempurna, atau berukuran terlalu kecil atau terserang hama di buang, selanjutnya dua buah yang disisikan diseleksi lagi dan di sisakan 1 buah.
Dompolan buah yang terlalu berdekatan juga dibuang salah satunya karena akan menyebabkan bentuk buah tidak sempurna karena saling bersentuhan jarak ideal antara buah yang satu dengan yang lainnya adalah 30 cm.

F.    PENGENDALIAN HAMA DAN PENYAKIT
Hama – hama penting tanaman durian diantaranya adalah :
1.    Penggerek Batang ( Batocera nominator, xyleutes leuconotus, dan zauzera coffeae ).
Kerusakan : menyerang dengan cara membuat lubang pada batang, dahan, atau ranting tanaman durian. Serangannya di tandai dengan kotoran dan cairan berwarna merah dari bekas kayu yang di makan oleh penggerek tersebut, akibatnya tanaman menjadi layu, daun – daun menjadi kering dan rontok akhirnya tanaman bisa mengalami kematian.
Pengendalian :
a.    Menjaga sanitasi kebun
b.    Menutup bekal lubang penggerek dengan kapas yang sudah di beri insektisida sismetik.
c.    Memotong dan memusnahkan bagian tanaman yang terserang.
d.    Meninjeksi tanaman dengan insektisida sismetik melalui akar atau dahan.
2.    Penggerak Buah ( Tirathaba ruptilinea, hypoperigea leprosticta, dan Dacus dorsalis )
Kerusakan : menyebabkan buah menjadi busuk dan kerulat dan akhirnya rontok, buah yang terserang umumnya tidak bisa di makan. Tirathaba ruptilineaemerusak dengan melubangi kulit durian sampai daging dan bijinya. Hypoperigea Leprosticta melubangi buah durian untuk mencari makan sehingga buah busuk dan rontok, dan Dacus dorsalis menyerang buah durian dengan cara menyuntikan telurnya ke dalam kulit buah sehingga menyebabkan kebusukan dan kerontokan.
Pengendalian :
a.    Menyemprotkan Insektisida sisitemik sejak buah berumur satu minggu dengan dosis dan interval sesuai petunjuk di kemasan.
b.    Menggunakan perangkap yang berbahan aktif methyl eugenol seperti M – antraktan.

G.    PANEN DAN PASCA PANEN
A.    PANEN
Waktu panen berbeda tergantung jenis varietas.jenis monthong sekitar 125 – 135 hari setelah mekar. Buah durian mengalami tingkat kematangan sempurna setelah empat bulan setelah mekar. Waktu petik berdasar tanda – tanda fisik, missal ujung dari coklat tua, garis – garis di antara duri lebih jelas, tangkai buah lunak dan mudah dibengkokan, ruas-ruas tangkai buah membesar, baunya harum, terdengar bunyi kasar dan bergema jika buah dipukul. Cara penen dengan memetik atau memotong buah dipohon dengan pisau atau galah berpisau. Bagian yang dipotong adalah tangkai buah dekat pangkal batang dan usahakan buah durian tidak sampai terjatuh karena mengurangi kualitas buah.
B.    PASCA PANEN
Setelah pemetikan selesai, buah dicucui dengan air untuk menghilangkan kotoran yang melekat pada kulit buah. Kemudian dianjurakan untuk menyelupkan buah kedalam larut fungsisida atau O-ethyl phosponate untuk menghindari pembusuan karena serangan phythopthora sp, lalu buah diangin-anginkan bila buah ditujukan untuk pemasaran jarak jauh atau ekspor, perlu juga melakukan sortasi dengan mengelompokkan buah berdasarkan mutu kelasnya, Kemudian buah dimasukkan kedalam 3-5 buah, dengan berat sekitar 12 kg.

BAB IV
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Berdasarkan penilitian dan penjelasan diatas, penyusun menyimpulkan bahwa pembudidayaan durian monthong tidaklah begitu sulit. Bila kita dapat mengetahui bagaimana cara penanaman yang baik pasti dapat menghasilkan buah yang optimal dan kita pun dapat meningkatkan produksi buah dalam negeri.

B.    SARAN-SARAN
Sebagai warga yang baik hendaklah kita mau melestarikan dan membudidayakan tanaman yang baik untuk menambah produktifitas buah dalam negeri. Jika mau berusaha ada kemauan dan ketekunan dalam membudidayakan suatu tanaman pasti hasilnya akan baik.